Kamis, 02 Maret 2017

PPGD

Pertolongan Pertama Gawat Darurat
PPGD

a. Pengertian PPGD
PPGD merupakan pemberian pertolongan dan perawatan yang pertama kali diberikan kepada penderita/korban dengan cepat dan tepat. Pertolongan ini adalah langkah awal sebelum diteruskan ke paramedis. 
Tujuan pertolongan pertama adalah:
1. Menyelamatkan nyawa korban
2. Meringankan penderitaan korban
3. Mencegah cedera/penyakitmenjadi lebih parah
4. Mempertahankan daya tahan korban
5. Mencarikan pertolongan yang lebih lanjut

b. Tujuan PPGD
Tujuan dari PPGD adalah :
a. Mencegah bahaya kematian atau mempertahankan hidup
b. Mencegah cacat
c. Mencegah penurunan kondisi fisik
d. Mencegah infeksi
e. Mengurangi rasa sakit

c. Prinsip-Prinsip Dasar
Langkah-langkah dasar apabila timbul keadaan gawat darurat :
a. Jangan panik, kuasai keadaan, bertindak cekatan dan jangan lambat
b. Lindungi penderita dari keadaan yang membahayakan / memperberat luka
c. Memberikan pertolongan pertama sedini mungkin. Jika lokasi korban atau kecelakaan sangat berbahaya dan sulit untuk melakukan pertolongan, pindahkan korban dengan hati-hati, perhatikan pernafasan dengan denyut jantung
d. Tenangkan penderita. Dalam melakukan perawatan gunakan peralatan korban terlebih dahulu
e. Setelah keadaan darurat teratasi, periksa kemungkinan luka-luka lain/penderita
f. Setelah pertolongan pertama dilakukan dan korban telah tenang dan aman, seluruh luka diketahui, atau ditandu, jangan pindahkan korban secara buru-buru
g. Buat catatan lengkap mengenai penderita, lokasi kecelakaan dan pengobatan atau yang telah dilakukan
d. Upaya dan Penguasaan Teknik Dasar
Upaya Pertolongan terhadap penderita gawat darurat harus dipandang sebagai satu system yang terpadu dan tidak terpecah-pecah, mulai dari pre hospital stage, hospital stage, dan rehabilitation stage. Hal ini karena kualitas hidup penderita pasca cedera akan sangat bergantung pada apa yang telah dia dapatkan pada periode Pre Hospital Stage bukan hanya tergantung pada bantuan di fasilitas pelayanan kesehatan saja.  Orang yang menjadi first responder harus menguasai lima kemampuan dasar yaitu :
a. Menguasai cara meminta bantuan pertolongan
b. Menguasai teknik bantuan hidup dasar (resusitasi jantung paru)
c. Menguasai teknik menghentikan perdarahan
d. Menguasai teknik memasang balut-bidai
e. Menguasai teknik evakuasi dan tranportasi
Pemeriksaan ini betujuan untuk mengetahui cidera yang diderita korban dan dapat ditangani dengan semestinya agar tidak bertambah parah. 



e.Langkah-langkah Dasar 
Langkah-langkah dasar dalam PPGD dikenal dengan singkatan A-B-C-D (Airway – Breathing – Circulation – Disability). Keempat poin-poin tersebut adalah poin-poin yang harus sangat diperhatikan dalam penanggulangan pasien dalam kondisi gawat Darurat. 

f. Alogaritma Dasar PPGD 
1. Ada pasien tidak sadar 
2. Pasikan kondisi tempat pertolongan aman bagi pasien dan penolong 
3. Beritahukan kepada lingkungan kalau anda akan berusaha menolong 
4. Cek kesadaran pasien 
lakukan dengan metode AVPU 
a. A : Alert => Korban sadar, jika tidak sadar lanjut ke poin V
b. V : Verbal => cobalah memanggil-manggil korban dengan dengan berbicara keras di telinga korban (pada tahap ini jangan sertakan dengan menggoyang atau menyentuh pasien), jika tidak merespon lanjut ke poin P
c. P : Pain => cobalah beri rangsang nyeri pada pasien, yang paling mudah adalah menekan bagian putih dari kuku tangan (di pangkal kuku, selain itu dapat juga dengan menekan bagian tengah tulang dada (sternum) dan juga areal di atas mata (supra orbital)
d. U : Unresponsive => setelah diberi rangsang nyeri tapi pasien masih tidak bereaksi maka pasien berada dalam keadaan unresponsive
5. Call for Help, mintalah bantuan kepada masyarakat di sekitar untuk menelepon ambulans dengan memberitahukan : 
a. Jumlah korban
b. Kesadaran korban (sadar atau tidak sadar)
c. Perkiraan usia dan jenis kelamin
d. Tempat terjadi kegawatan
e. Bebaskan korban dari pakaian di daerah dada (buka kancing baju bagian atas korban)

Cek apakah ada tanda-tanda berikut : 
Luka-luka dari bagian bawah dagu ke atas (supra calvicula) pasien mengalami tumbukan di berbagai tempat mempunyai cedera di tulang belakang bagian leher. Tanda-tanda cedera pada bagian leher sangat berbahaya karena pada bagian ini terdapat syaraf-syaraf yang mengatur fungsi vital manusia (pernapasan, denyut jantung) 
a. Jika tidak ada tanda-tanda tersebut maka lakukanlah head tilt and chin lift chin lift 

Dilakukan dengan cara menggunakan dua jari lalu mengangkat tulang dagu (bagian dagu yang keras) ke atas. Ini disertai dengan melakukan Head Tilt yaitu menahan kepala dan mempertahankan posisinya. Hal ini dilakukan untuk membenaskan jalan napas korban. 

b. Jika ada tanda-tanda tersebut, maka beralihlah ke bagian atas pasien, jepit kepala pasien dengan paha, usahakan agar kepalanya tidak bergerak-gerak lagi (imobilisasi) dan lakukanlah Jaw Thrust 



Gerakan ini dilakukan untuk menghindari adanya cedera lebih lanjut pada tulang belakang bagian leher korban. Sambil melakukan a atau b diatas, lakukanlah pemeriksaan kondisi Airway (jalan napas) dan Breathing (Pernapasan) korban. 
Metode pengecekan menggunakan metode Look, Listen, and Feel 
Look : Lihat apakah ada gerakan dada (gerakan bernapas), apakah gerakan tersebut simetris
Listen : Dengarkan apakah ada suara nafas normal, dan apakah ada suara nafas tambahan yang abnormal (bisa timbul karena ada hambatan sebagian) 
Jenis-jenis suara nafas karena hambatan sebagian jalan napas : 
1) Snoring : suara seperti dengkur, kondisiini menandakan adanya kebuntuan jalan nafas bagian atas oleh benda padat, jika ada suara ini maka lakukanlah pengecekan langsung dengan cara cross finger untuk membuka mulut (menggunakan dua jari yaitu ibu jari dan jari telunjuk kanan yang digunakan untuk chin lift tadi, ibu jari mendorong rahang atas ke atas, telunjuk menekan rahang bawah ke bawah). Lihatlah apakah ada benda yang menyangkut di tenggorokan (contoh, gigi palsu) pindahkan benda tersebut
2) Gargling : suara seperti berkumur, kondisi ini terjadi karena ada kebuntuan yang disebabkan oleh cairan (contoh darah), maka lakukan cross-finger, lalu lakukanlah finger-sweep (gunakan 2 jari yang telah dibalut dengan kain untuk ”menyapu” rongga mulut dari cairan-cairan)
3) Crowing : suara dengan nada tinggi, biasanya disebabkan karena pembengkakan (edema) pada trakea, untuk pertolongan pertama tetap lakukan maneuver head tilt and chin lift atau jaw thrust saja
4) Jika suara nafas tidak terdengar karena ada hambatan total pada jalannya nafas maka dapat dilakukan : 
5) Black Bow sebanyak 5 kali, yaitu dengan memukul menggunakan telapak tangan daerah antara tulang scapula di punggung
6) Heimlich Maneuver, dengan cara memposisikan diri seperti gambar, lalu menarik tangan ke arah belakang atas.
7) Chest Thrust, dilakukan pada ibu hamil, bayi atau obesitas dengan cara memposisikan diri seperti gambar lalu mendorong tangan kearah dalam atas.
f. Nafas Buatan 
Cara melakukan nafas buatan sama dengan nafas bantuan, bedanya nafas buatan diberikan pada korban yang mengalami henti nafas. Diberikan 2 kali efektif (dada mengembang).

g. Pijat Jantung 
Pijat Jantung adalah usaha untuk ”memaksa” jantung memompakan darah ke seluruh tubuh, pijat jantung dilakukan pada korban dengan nadi karotis yang tidak teraba. Pijat jantung biasanya dipasangkan dengan nafas buatan (seperti yang dijelaskan pada alogaritma diatas). 
Prosedur Pijat Jantung : 
a. Posisikan diri di samping pasien
b. Posisikan tangan seperti gambar di center of chest (tepat di tengah dada)
c. Posisikan tangan tegak lurus korban seperti gambar
d. Tekanlah dada korban menggunakan tenaga yang diperoleh dari sendi panggul (hip joint)
e. Tekanlah dada kira-kira 4-5 cm (seperti gambar kiri bawah)
f. Setelah menekan, tarik sedikit tangan ke atas agar posisi dada kembali normal (seperti gambar kanan atas)
g. satu set pijat jantung dilakukan sejumlah 30 kali tekanan, untuk memudahkan menghitung dapat dihitung dengan cara sebagai berikut : satu dua tiga empat SATU satu dua tiga empat DUA satu dua tiga empat TIGA satu dua tiga empat EMPAT satu dua tiga empat LIMA satu dua tiga empat ENAM

Prinsip pijat jantung adalah :
a. push deep
b. push hard
c. push fast
d. maximum recoil (berikan waktu jantung relaksasi)
e. minimum interruption (pada saat melakukan prosedur ini penolong tidak boleh diinterupsi)

h. Memindahkan Korban 
Sebisa mungkin, jangan memindahkan korban yang terluka kecuali ada bahaya api, lalu-lintas, asap beracun atau hal lain yang membahayakan korban maupun penolong. Sebaiknya berikan pertolongan pertama di tempat korban berada sambil menunggu bantuan datang. Jika terpaksa memindahkan korban, perhatikan hal-hal berikut
a. Apabila korban dicurigai menderita cedera tulang belakang, jangan dipindahkan kecuali memang benar-benar diperlukan.
b. Tangani korban dengan hati-hati untuk menghindari cedera lebih parah. Pegang korban erat-erat tapi lembut. Perhatikan bagian kepala, leher dan tulang belakang terutama jika korban pingsan.
c. Angkat korban secara perlahan-lahan tanpa merenggutnya.

Tentang tandu, Jika tidak ada tandu yang tersedia, gunakan papan meja, pintu atau 2 batang kayu yang kuat dengan selimut atau kain sarung. Gunakan tandu dengan bagian tengah yang keras untuk membawa korban yang dicurigai menderita cedera di kepala atau tulang belakang. Jika tidak ada tandu : 
a. Jika kaki korban tidak terluka, membungkuk dan berjongkoklah di kaki korban; pegang pergelangan kakinya dengan erat; seret korban perlahan-lahan menjauhi dari bahaya.
b. Jika kaki korban terluka, pegang siku atau pergelangan tangan korban dengan erat. Membungkuk dan seret korban perlahan-lahan. Jangan menyeret korban dengan memegang pakaiannya



Memindahkan korban dengan merangkul : 
Dapat dilakukan untuk orang dewasa yang terluka yang masih bisa berjalan dengan sedikit bantuan. 
a. Berdirilah di samping korban; di sisi tubuh yang terluka. Namun, jika tangan atau bahu yang terluka, berdirilah disisi tubuhyang lain
b. Rangkulkan tangan Anda ke belakang korban dan pegang pinggulnya . Rangkulkan tangan korban ke pundak Anda dan sanggalah korban dengan bahu Anda. Pegang tangannya.
c. Pindahkan korban perlahanlahan. Melangkah dengan kaki bagian dalam terlebih dahulu.

i.Cara Merawat Luka 
a. Menggunakan perban sebelum dibalut Perban bisa digunakan sebagai penutup pelindung luka sebelum dibalut untuk mengendalikan, menyerap, menghentikan pendarahan, mengurangi rasa perih, mencegah infeksi dan luka lebih lanjut. Usahakan untuk menggunakan perban yang steril dan tidak lengket. Jika tidak ada, gunakan kain yang menyerap, bersih dan tidak lengket, seperti kain katun (sarung, seprai dll) atau pembalut wanita. Jangan menggunakan kain yang terbuat dari serat langsung pada luka, sebab seratnya akan menempel.
b. Mengisi bantalan. Bantalan bisa dibuat dari beberapa lapis kain atau perban; diletakkan diatas perban agar menekan, menambah daya serap cairan serta melindungi luka. Bantalan dapat mencegah pembalut menyentuh luka jika ada benda atau tulang retak yang menonjol diluka.
c. Pembalut pembungkus luka Luka perlu dibalut untuk mengendalikan pendarahan. Mengencangkan perban dan bantalan, dapat mengurangi atau mencegah pembengkakan. Menyangga kaki atau sendi dapat meredakan nyeri dan mencegah pergeseran pada kaki atau sendi. Dalam keadaan darurat, bisa menggunakan kain, sarung bantal atau kain bersih untuk membalut. Jangan membalut terlalu ketat. Pembengkakan, pucat atau biru pada jari tangan dan kaki, juga rasa kaku, terjepit, nyeri dan nadi tidak lancar di bagian bawah perban menandakan bahwa pembalut harus dilonggarkan.
d. Penggunaan belat atau bidai. Belat atau bidai digunakan untuk melindungi luka agar tidak bertambah parah. Belat atau bidai juga digunakan sebagai penopang atau pencegah bagian badan yang retak dari gerakan sembari menunggu bantuan medis datang.
e. Cara membuat penyangga. Penyangga digunakan jika tempurung lutut, lengan atas, lengan bawah, pergelangan atau jari mengalami retak. Dalam keadaan darurat, Anda dapat menggunakan payung yang dilipat, koran yang digulung atau bahan seperti tongkat yang keras. Bahkan kaki yang tidak luka pun dapat digunakan sebagai penyangga .Ikat erat kaki yang terluka dengan kaki yang tidak luka. Usahakan bagian yang terluka tidak bergeser saat memasang penyangga. Penyangga harus cukup panjang sampai kedua ujungnya menjangkau bagian yang retak. Periksa pengikat penyangga setiap 15 menit untuk memastikan bahwa sirkulasi darah tidak terganggu.

j. Pendarahan 
Pendarahan berat maupun ringan jika tidak segera dirawat bisa berakibat fatal. Bila pendarahan terjadi, penting bagi penolong untuk menghentikannya secepat mungkin. Ada dua jenis pendarahan; pendarahan luar (pendarahan dari luka) dan pendarahan dalam (pendarahan di dalam tubuh). Pendarahan dalam lebih berbahaya dan lebih sulit untuk diketahui daripada pendarahan luar. Oleh karena itu tanda-tanda berikut harus diperhatikan. 

Cara penanganan pendarahan dalam 
a. Baringkan korban dengan nyaman dan longgarkan pakaiannya yang ketat.
b. Angkat dan tekuk kakinya, kecuali ada bagian yang retak.
c. Segera cari bantuan medis.
d. Jangan memberi makanan atau minuman.
e. Periksa korban setiap saat kalau dia mengalami syok (shock).



Cara penanganan pendarahan luar (pendarahan dari luka) 
a. Baringkan korban dalam posisi pemulihan, kecuali bila ada luka di dada.
b. Periksa apakah luka berisi benda asing atau tulang yang menonjol. Jika ada, jangan sentuh luka; gunakanlah bantalan pengikat. Untuk keterangan lebih lanjut lihat bagian sebelumnya, “Merawat luka”.
c. Jika luka tidak disertai tulang yang menonjol, segera tekan bagian tubuh yang terluka. Jika tidak ada pembalut yang steril, gunakan gumpalan kain atau baju bersih atau tangan untuk mengontrol pendarahan sampai menemukan pembalut dan bantalan yang steril. Jika korban dapat menekan sendiri, suruh korban menekan lukanya, untuk mengurangi risiko infeksi silang.
d. Balut luka dengan erat.
e. Angkat bagian tubuh yang terluka, lebih tinggi dari posisi jantung korban.
f. Jika darah membasahi pembalut, lepaskanpembalut dan gantilah bantalan. Walaupun pendarahan telah berhenti, jangan terburuburu melepaskan pembalut, bantalan atau perban untuk menghindari terjadinya hal yang tak terduga.
g. Jangan memberi makanan atau minuman kepada korban yang mengalami pendarahan.
h. Periksa korban setiap saat kalau-kalau dia mengalami syok (shock).
i. SEGERA cari bantuan medis.
Cara menghentikan pendarahan : 
a. Angkat bagian tubuh yang terluka.
b. Tekan bagian yang terluka dengan kain bersih. Jika tidak ada, gunakan tangan Anda.
c. Tetap tekan bagian tubuh yang terluka sampai pendarahan terhenti.
d. Jika pendarahan tidak bisa diatasi dengan menekan bagian tubuh yang terluka, dan korban telah kehilangan banyak darah, maka dianjurkan untuk:
a. Tetap menekan dengan kuat bagian tubuh yang terluka
b. Mengangkat bagian tubuh yang terluka setinggi-tingginya
c. Mengikat bagian lengan atau kaki yang dekat dengan luka, sedekat-dekatnya .ikat di antara bagian yang terluka dengan badan korban. Kencangkan ikatan sampai pendarahan terhenti

k. Perlindungan Diri Penolong 
Dalam melakukan pertolongan pada kondisi gawat darurat, penolong tetap harus senantiasa memastikan keselamatan dirinya sendiri, baik dari bahaya yang disebabkan karena lingkungan, maupun karena bahaya yang disebabkan karena pemberian pertolongan.  Poin-poin penting dalam perlindungan diri penolong :
a. Pastikan kondisi tempat memberi pertolongan tidak akan membahayakan penolong dan korban
b. Minimalisasi kontak langsung dengan pasien, dalam memberikan nafas bantuan sedapat mungkin digunakan sapu tangan atau kain lainnya untuk melindungi penolong dari penyakit yang mungkin dapat ditularkan oleh korban
c. Selalu perhatikan kesehatan diri penolong, sebab pemberian pertolongan pertama adalah tindakan yang memakan energi. Jika dilakukan dengan kondisi tidak fit, justru akan membahayakan penolong sendiri.




Makalah psikologi perkembangan dan peserta didik

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Peserta didik satu sama lain yang memiliki minat kemampuan, kesenangan, pengalaman dan cara belajar yang berbeda. Oleh karena itu kegiatan pembelajaran, organisasi kelas, materi pembelajaran, waktu belajar, alat belajar, dan cara penilaian perlu beragam sesuai dengan karakteristik peserta didik.
Peserta didik memiliki potensi yang berbeda. Perbedaan peserta didik terletak dalam pola pikir, daya imajinasi, pengandaian dan hasil karyanya. Akibatnya, PBM perlu diplih dan dirancang agar memberikan kesempatan dan kebebasan berkreasi secara berkesinambungan guna mengembangkan dan mengoptimalkan kreativitas peserta didik.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah yang disebut peserta didik?
2. Apakah karakteristik peserta didik?
3. Apakah teori-teori tentang hakikat perkembangan peserta didik?
4. Apakah perbedaan individual peserta didik?
5. Apakah periodesasi perkembangan anak?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian peserta didik
2. Untuk megetahui karakteristik peserta didik
3. Untuk mengetahui teori tentang hakikat perkembangan peserta didik
4. Untuk mengetahui perbedaan individual peserta didik
5. Untuk mengetahui periodesasi perkembangan anak





BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian peserta didik             
Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran pada jalur pendidikan baik pendidikan informal, pendidikan formal maupun pendidikan nonformal, pada jenjang pendidikan dan jenis pendidikan tertentu.
Siswa
            Berdasarkan kamus besar bahasa Indonesia, pengertian Siswa, Murid atau Peserta didik adalah orang (anak yang sedang berguru, belajar atau bersekolah. Prof. Dr. Shafique Ali Khan memberikan pengertian masing-masing sebagai berikut:
Murid
            Murid adalah komponen manusia yang menempati posisi sentral dalam pendidikan atau biasa dikenal disebut dengan peserta didik. Dalam proses belajar-mengajar, murid sebagai pihak yang ingin menyelesaikan kurikulum dan dalam upaya mencapai tujuan atau cita-cita. Dalam undang-udang pendidikan, murid merupakan bagian yang paling penting dari sistem pendidikan, sehingga indikator sukses atau tidaknya dunia pendidikan adalah keberhasilan atau kegagalan murid setelah menempuh proses pendidikan.
            Murid atau anak adalah pribadi yang “unik” yang mempunyai potensi dan mengalami proses berkembang. Dalam proses berkembang itu anak atau murid membutuhkan bantuan yang sifat dan coraknya tidak ditentukan oleh guru tetapi oleh anak itu sendiri, dalam suatu kehidupan bersama dengan individu-individu yang lain.
2.2 Karakteristik peserta didik
Masing-masing peserta didik atau siswa sebagai individu dan subjek belajar memiliki karakteristik atau ciri-ciri sendiri. Kondisi atau keadaan yang terdapat pada masing-masing siswa dapat mempengaruhi bagaimana proses belajar siswa tersebut. Dengan kondisi peserta yang mendukung maka pembelajaran tentu dapat dilakukan dengan lebih baik, sebaliknya pula dengan karakteristik yang lemah maka dapat menjadi hambatan dalam proses belajar mengajar.
            Lebih lanjut lagi bahwa keadaan peserta didik bukan hanya berpengaruh pada bagaimana belajar masing-masing peserta didik, namun dari proses belajar masing-masing siswa dapat mempengaruhi pembelajaran secara keseluruhan serta juga mempengaruhi bagaimana proses belajar peserta didik lainnya. Jika pengaruh positif maka akan memberikan efek yang baik bagi proses pembelajaran, namun tentu saja juga terdapat karakteristik atau keadaan dari siswa yang buruk dan memberikan pengaruh negatif bagi pembelajaran.
            Oleh karena itu, guru yang memiliki peran sentral dalam pembelajaran secara langsung sangat diharuskan untuk mengetahui karakteristik atau keadaan yang sebenarnya terjadi pada siswa. Dengan demikian, guru dapat mengantisipasi juga mengatasi adanya pengaruh buruk yang mungkin muncul dan berakibat negatif bagi pembelajaran. Identifikasi terhadap keadaan dan kondisi siswa baik untuk masing-masing individu maupun keseluruhan mutlak diperlukan yang digunakan untuk pengambilan langkah dan perlakuan terutama pemilihan strategi, model, media, dan komponen penyusun pembelajaran lainnya.
Sardiman menyebutkan bahwa terdapat 3 macam hal karakteristik atau keadaan yang ada pada siswa yang perlu diperhatikan guru yaitu:
1. Karakteristik atau keadaan yang berkenaan dengan kemampuan awal siswa. Misalnya adalah kemampuan intelektual kemampuan berpikir, dan lain-lain.
2. Karakteristik atau keadaan siswa yang berkenaan dengan latar belakang dan status sosial.
3. Karakteristik atau keadaan siswa yang berkenaan dengan perbedaan-perbedaan kepribadian seperti sikap, perasaan, minat, dan lain-lain.
            Dari macam-macam jenis dan sumber karakteristik atau keadaan yang ada pada siswa ini guru dapat menentukan data-data apa saja yang perlu diketahui informasinya dan digali dari peserta didik. Kondisi pada peserta didik juga senantiasa dapat mengalami perubahan, guru hendaknya juga harus memantau segala perubahan keadaan yang ada pada siswa baik sebelum pembelajaran dimulai, saat pembelajaran, hingga paska pembelajaran dan evaluasi.
1. Karakteristik dan ciri perkembangan anak usia sekolah dasar (SD)
Seorang guru yang professional harus dapat menerakan metode pengajaran yang sesuai dengan keadaan siswanya, maka sangatlah penting bagi seorang pendidik mengetahui perkembangan psikologi siswanya. Disamping memperhatikan karakteristik/ciri-ciri perkembangan anak, implikasi pendidikan dapat juga bertolak dari kebutuhan peserta didik.
Pemaknaan kebutuhan siswa SD dapat diidentifikasikan dari tugas-tugas perkembanganya. Tugas-tugas perkembangan adalah tugas-tugas yang muncul pada saat atau suatu masa tertentu dari kehidupan individu, yang jika berhasil, akan menimbulkan rasa bahagia dan membawa arah keberhasilan dalam melaksanakan tugas-tugas berikutnya, sementara kegagalan dalam melaksanakan tugas tersebut menimbulkan rasa tidak bahagia, di tolak oleh masyarakat dan kesulitan dalam menghadapi tugas-tugas berikutnya.
a. Pengertian karakteristik siswa
Karakteristik berasal dari kata karakter; dalam Kamus Bahasa Indonesia karangan Poerwadarminta dikatakan bahwa karakter adalah watak, taiat atau sifat-sifat kejiwaa. Sedangkan menurut IR Pedjawijatna, karakter atau watak adlah seluruh aku yang ternyata dalam tindakannya(insani). Dengan pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa karakteristik siswa adalah merupakan seluruh kondisi atau keadaan watak yang nyata dan timbul dalam suatu tindakan siwa dalam kehidupannya setiap saat dalam kehidupan sehari-hari. Adapun karkteristik dan kebutuhan peserta didik adalah sebagai berikut.
§ Senang bermain
Karakteristik/psikologi ini menuntut guru SD untuk melaksankan kegiatan pendidikan yang bermuatan permainan lebih-lebih untuk keas rendah. Guru SD seyogyanyan merancang model pembelajran yang memungkinkan adanya permainan di dalamnya.
§ Senang bergerak
Guru hendaknya merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak berpindah atau bergerak (moveable). Menyuruh anak untuk duduk rapi untuk jangka waktu yang lama dirasakan anak sebagai siksaan.
§ Anak senang bekerja dalam kelompok
Dari pergaulannya dengan kelompok sebaya, anak usia sekolah dasar belajar aspek-aspek yang penting dalam proses sosialisasi, seperti belajar memenuhi aturan-aturan kelompok, belajar setia kawan, belajar tidak tergantung pada diterimanya dilingkungan, belajar menerima tanggung jawab, belajar bersaing dengan orang lain secara sehat (sportif), mempelajari olahraga dan membawa implikasi bahwa guru harus merancang model pembelajaran  yang memungkinkan anak untuk bekerja atau belajar dalam kelompok, serta belajar keadilan dan demokrasi.
§ Senang merasakan atau melakukan, memperagakan sesuatu secara langsung
Bagi anak SD, penjelasan guru tentang materi pelajaran akan lebih dipahami jika anak melaksanakan sendiri, sma halnya dengan memberi contoh bagi orang dewasa. Sebagai contoh, anak akan lebih memahami tentang pelajaran shalat jika peserta didik diajak langsung dengan praktik bagaimana shalat itu dilaksanakan, dan seterusnya.


§ Anak suka cengeng
Pada anak SD, anak masih cengeng dan manja. Mereka selalu ingin diperhatikan dan dituruti semua keinginanya, mereka masih belum mandiri dan harus selalu dibimbing.
§ Anak sulit memahami isi pembicaraan orang lain
Pada usia SD, anak sudah dalam memahami apa yang diberikan guru, disini guru harus dapat membuat atau menggunakan metoode yang tepat, misalnya dengan cara metode eksperimen agar anak dapat memahami pelajaran yang diberikan dengan menemukan sendiri inti dari pelajaran yang diberikan.
§ Senang diperhatikan
Di dalam suatu interaksi sosial, anak biasanya mencari perhatian teman atau gurunya, mereka senang apabila orang lain memperhatikannya. Disini, peran guru untuk mengarahkan perasaan anak tersebut denganmenggunakan metode tanya jawab.
§ Senang meniru
Dalam kehidupan sehari-hari, anak mencari sutau figure yang sering dia lihat dan ditemui. Mereka kemudian menirukan apa yang dilakukan dan dikenakan orang yang ingin dia tiru tersebut. Dalam kehidupan nyata, banyak anak yang terpengaruh acara televisi dan menirukan adegan yang ada di dalamnya.
a. Masalah perkembangan psikologi anak usia sekolah dasar (SD)
Berikut adalah beberpa masalah perkembangan psikologi anak usia sekolah dasar yang mungkin saja/bisa terjadi.
§ Hiperaktif
Ini merupakan sebuah gangguan yang cukup sering terjadi. Seorang anak akan mendapatkan sebuah gangguan prilaku dimana mereka cenderung bergerak aktif, bahkan super aktif di dalam rumah atau di lingkungan permainan bersama dengan teman-temanya. Seorang anak dengan masalah psikologi hiperaktif memerlukan penanganan yang begitu cepat.
§ Sulit berkonsentrasi
Anak dengan konsentrasi yang buruk bisa membuatnya kesulitan apabila harus belajar dalam waktu lama dan mengerti mengenai beberapa materi pembelajaran.
§ Pemurung dan penyendiri
Mereka sangat sulit bergaul dan cenderung merasa malu dengan keadaan mereka sendiri. Anak-anak seperti ini tidak boleh dibiarkan berlarut karena jiwa sosial mereka tidak bisa berkembang jika selalu dibiarkan.
§ Masalah bicara
Rata-rata mereka mempunyai masalah mengenai artikulasi dimana pembicaraan yang mereka lakukan kurang jelas dan sulit diterima oleh lawan bicara.
Wentzal dan Asher menyatakan bahwa para pakar perkembangan membedakan 3 tipe anak yang tidak popular, yaitu sebagai berikut.
§ Anak yang diabaikan (neglected children): yaitu anak yang jarang dinominasikan seabai teman terbaik, tetapi bukan yang tidak disukai oleh teman-teman dikelompoknya.
§ Anak yang ditolak (rejected children): yaitu anak yang jarang dinominasikan oleh seseorang sebagai teman terbaik dan tidak disukai oleh kelompoknya, karena biasanya anak yang ditolak adalah anak yang agresif, sok kuasa dan suka mengganggu.
§ Anak yang kontrovesi (controversial children) adalah anak yang sering didominasikan keduanya, yaitu baik sebagai teman terbaik dan sebagai teman yang tidak disukai (Sntrock (1997,325)).
Menurut Havinghurst, tugas perkembangan anak usia sekolah dasar meliputi berikut.
a. Menguasai keterampilan fisik yang diperlukan dalam permainan dan aktifitas fisik.
b. Membina hidup sehat
c. Belajar bergaul dan berkerja dalam kelompok.
d. Belajar menjalankan peranan sosial sesuai dengan jenis kelamin
e. Belajar membaca, menulis, dan berhitung agar mampu berpartisipasi dalam masyarakat.
f. Memperoleh sejumlah konsep yang diperlukan untuk berpikir efektif.
g.  Mengembangkan kata hati, moral dan nilai-nilai.
h. Mencapai kepribadian pribadi.
Dalam upaya mencapai tugas perkembangan tersebut, guru dituntut untuk memberikan bantuan berupa berikut.
a. Menciptakan lingkungan teman sebaya yang mengajarkan keterampilan fisik.
b. Melaksanakan pembelajran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar, bergaul, dan bekerja dengan teman sebaya sehingga kepribadian sosial berkembang.
c. Mengembangkan kegiatan pembelajran yang memberikan pengalaman yang konkret atau langsung dalam membangun konsep.
d. Melaksanakn pembelajran yang dapat mengembangkan nilai-nilai sehingga siswa mampu menentukan pilihan yang stabil dan menjadi pegangan bagi dirinya.
2. Karakteristik anak usia sekolah menengah pertama (SMP)
Terdapat sejumlah karakteristik yang menonjol pada anak usia SMP ini, yaitu seperti berikut.
a) Terjadinya ketidakseimbangan proporsi tinggi dan berat badan.
b) Mulai timbulnya ciri-ciri seks sekunder.
c) Kecendrungan ambivalensi, antara keinginan menyendiri dengan keinginan bersosialisasi, serta keinginan untuk bebas dari dominasi dengan kebutuhan bimbingan dan bantuan dari orang tua.
d) Senag membandingkan kaidah-kaidah, nilai-nilai etika atau norma dengan kenyataan yang terjadi dalam kehidupan orang dewasa.
e) Mulai mempertanyakan secara skeptic mengenai eksistensi dan sifat kemurahan dan keadilan Tuhan.
f) Reaksi dan eskpresi emosi masih labil.
g) Mulai mengembangkan standar dan harapan terhadap prilaku diri sendiri yang sesuai dengan dunia sosial.
h) Kecendrungan minat dan pilahan karier relative sudah lebih jelas.
Adanya karakteristik anak usia sekolah menengah yang demikian, maka guru diharapkan untuk melakukan hal berikut.  
a) Menerapkan model pembelajaran yang memisahkan siswa pria dan wanita ketika membahas topik-topik yang berkenaan dengan anatomo dan fisiologi.
b) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyalurkan hobi dan minatnya melalui kegiatan-kegiatan yang positif.
c) Menerapkan pendekatan pembelajaran yang memperhatikan perbedaan individual atau kelompok kecil.
d) Meningkatkan kerja sama dengan orang tua dan masyarakat untuk mengembangkan potensi siswa.
e) Tampil menjadi teladan yang baik bagi siswa.
f) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar bertanggung jawab.
3. Karakteristik anak usia remaja (SMP/SMA)
Masa remaja (12-21 tahun) merupakan masa peralihan antara masa kehidupan anak-anak dan masa kehidupan orang dewasa. Masa remaja sering dikenal dengan masa pencarian jati diri (ego identity). Masa remaja ditandai dengan sejumlah karakteristik penting berikut.
a) Mencapai hubungan yang matang dengan teman sebaya.
b) Dapat menerima dan belajar peran sosial sebagai pria atau wanita dewasa yang dijunjung tinggi oleh masyarakat.
c) Menerima keadaan fisik dan mampu menggunkannya secara efektif.
d) Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang dewasa lainnya.
e) Memilih dan mempersiapkan karier di masa depan sesuai dengan minat dan kemampuannya.
f) Mengembangkan sikap positif terhadap pernikahan, hidup berkeluarga dan memiliki anak.
g) Mengembangkan keterampilan intelektual dan konsep-konsep yang diperlukan sebgai warga negara.
h) Mencapai tingkah laku yang bertanggung jawab secara sosial.
i) Memperoleh seperangkat nilai dan sistem etika sebagai pendoman dalam bertingkah laku.
j) Mengembangkan wawasan keagamaan dan meningkatkan religiusitas.
Berbagai karakteristik pengembangan masa remaja tersebut menuntut adanya pelayanan pendidikan yang mampu memenuhi kebutuhannya. Hal ini dapat dilakukan guru, diataranya seperti berikut.
a) Memberikan pengetahuan dan pengalaman tentang kesehatan reproduksi, bahaya penyimpangan seksual dan penyalahgunaan narkotika.
b) Membantu siswa mengembangkan sikap apresiatif terhadap posturtubuh atau kondisi dirinya.
c) Menyediakan fasilitas yang memungkinkan siswa mengembangkan keterampilan yang sesuai dengan minat dan bakatnya, seperti sarana olahraga, kesenian, dan sebagainya.
d) Memberikan pelatihan untuk mengembangkan keterampilan memecahkan masalah dan mengambil keputusan.
e) Melatih siswa mengembangkan resiliensi, kemampuan bertahan dalam kondisi sulit dan penuh godaan.
f) Menerapkan model pembelajran yang memungkinkan siswa untuk berpikir kritis, reflektif dan positif.
g) Membangun siswa mengembangkan etos kerja yang tinggi dan sikap wiraswasta.
h) Memupuk semangat keberagaman siswa melalui pembelajran agama terbuka dan lebih tolerin.
i) Menjalin hubungan yang harmonis dengan siswa, dan bersedia mendenganrkan segala keluhan dan problem yang dihadapinya.
2.3 Teori-Teori tentang Hakikat Perkembangan Peserta Didik
Berikut dijelaskan beberapa teori psikologi tentang hakikat manusia tersebut, terutama diakaikan dengan perkembangan psikologi anak didik.
1. Teori Psikodinamika
Teori psikodinamika adalah teori psikologi yang berupaya menjelaskan hakikat dan perkembangan tingkah laku (kepribadian) manusia. Teori ini dipelopori oleh Sigmund Freud (1856-1939). Model psikodinamika yang diajukan Freud disebut teori psikoanalistis (psychoanalutic theory). Menurut teori ini, tingkah laku manusia merupakan hasil tenagan yang beroperasi di dalam pikiran, yang sering terjadi tampa disadari oleh individu.
Freud meyakini bahwa tingkah laku kita didorong oleh motif-motif di luar alam sadar kita dan konflik-konflik yang tidak kita sadari. Menurut Freud, sedikit ide-ide, harapan-harapan, dan implus-implus yang ada dalam diri individu dan yang menentukan tingkah laku mereka. Sebaliknya, bagian dari pikiran yang lebih besar, yang meliputi harapan-harapan, kekuatan-kekuatan, dorongan-dorongan yang bersifat instinktif kita yang terdalam, tetep berada dibawah permukaan kesadaran (unconcious). Berdasarkan ide=ide pokok tentang tingkah laku manusia tersebut, Freud kemudidn membedakan kepribadian manusia atas tiga unit mental atau struktur psikis berikut
a. Id; merupakan aspek biologis kepribadian karena berisikan unsur-unsur biologis.
b. Ego; merupakan aspek psikologi kepribadian karena timbul dari kebutuhan organisme untuk berhubungan secara baik dengan dunia nyata dan menjadi perantara antara kebutuhan intinktif organisme dengan keadaan lingkungan.
c. Superego; aspek sosiologis kepribadian karena merupakan wakil nilai-nilai tradisional dan cita-cita masyarakat sebagaimana yang ditafsirkan orang tua kepada anak-anaknya melalui berbagai perintah dan larangan.
2. Teori behavioristik    
Behavioristic adalah sebuah aliran dalam pembahasan tingkah laku manusia yang dikembangkan oleh John B. Watson (1878-1958), seorang ahli psikologi Amerika, pada tahun 1930, sebagai reaksi atas teori psikodinamika. Watson dan teoristik behavioristik lainnya, seperti Skinner (1904-1990), meyakini bahwa tingkah laku manusia merupakan hasil dari pembawaan genetis dan pengaruh lingkungan atau situasional. Menurut teoritikus behavioristik, manusia sepenuhnya adalah manusia yang reaktif, yang tingkah lakunnya dikontrol oleh faktor-faktor dari luar.
3. Teori Humanistik
Teori humanistik muncul pada abad ke-20 sebagai reaksi terhadap teori psikodinamika dan behavioristik. Para teoristikus humanistik, seperti Carl Rongers (1902-1987) dan Abraham Maslow (1908-1970) meyakini bahwa tingkah laku manusia tidak dapat dijelaskan sebagai hasil dari konflik-konflik yang tidak disadarimaupun sebagai hasil pengondisian (conditioning) yang sederhana.
Para teoritikus humanistik mempertahankan bahwa manusia memiliki kecendrungan bawaan untuk melakukan self-actualization untuk berjuang menjadi apa yang mereka mampu. Menurut Rongers, salah seorang tokoh aliran humanistik, prasayarat dari terpenting bagi aktualisasi diri adalah konsep diri yang luas dan fleksibel. Rogers meyakini bahwa orang tua mempunyai peran yang besar dalam membantu anak-anak mereka mengembangkan self-esteem dan menempatkan mereka pada jalur self-actualization dengan menunjukkan unconditional positive regard- memuji mereka berdasarkan nilai dari dalam diri mereka. Dengan pemberian penghargaan dan penilaian yang bersifat positif, anak dapat mengembangkan self-actualization dan self-concept yang bersifat positif.
4. Teori Psikologi Transpersonal 
Psikologi transpersonal merupakan pengembangan psikologi humanistik. Aliran psikologi ini disebut aliran keempat psikologi.
5. Teori Nativisme (Teori yang Berorientasi pada Biologi)
Aliran nativisme berasal dari kata natus (lahir); nativis (pembawaan) yang ajaranya memandang manusia (anak manusia) sejak lahir telah membawa sesuatau kekuatan yang disebut potensi (dasar). Aliran nativisme ini bertolak dari leibnitzian tradition yang menekankan kemampuan dalam diri anak, sehingga faktor lingkungan, termasuk faktor pendidikan, kurang berpengaruh terhadap perkembangan anak dalam proses pembelajaran. Dengan kata lain, bahwa aliran nativisme berpandangan segala sesuatunya ditentukan oleh faktor-faktor yang dibawa sejak lahir, jadi perkembangan individu itu semata-mata dimungkinkan dan ditentukan oleh dasar turunan, misalnya; kalu ayahnya pintar, maka kemungkinan besar anaknya juga pintar.
Para penganut aliran nativisme berpendapat bahwa bayi itu lahir sudah dengan pembawaan baik dan pembawaan buruk. Tokoh utama (pelopor) aliran Nativisme adalah Athur Schopenhaur dari Jerman (1788-1860). Tokoh aliran seperti J.J. Rousseau, seorang ahli filsafat dan pendidikan dari Perancis. Kedua tokoh ini berpendapat betapa pentingnnya inti privasi atau jati diri manusia.
Teori nativisme mengemukakan bahwa anak yang lahir telah melengkapi pembawaan bakat alami, dan pembawaan (nativus = pembawaan) inilah yang akan menunjukkan wujud kepribadian seorang anak. pengaruh lain dari luar tidak akan mampu mengubah pembawaan anak. Teori nativisme (nativ; asli): J.J Reoseau menyatakan bahwa bawaan dari lahir adalah faktor yang paling menentukan perkembangan, ketika anak dilahirkan membawa segi-segi moral (ex: anak koruptor-- koruptor), pesisimis terhadap pendidikan.
6. Teori Empirisme (Teori Lingkungan)
Empirisme (empiri = pengalaman), tidak mengakui adanya pembawaan atau potensinya dibawa lahir manusia. Dengan kata lain, bahwa anak manusia itu lahir dalam keadaan suci dalam pengertian anak bersih tidak membawa apa-apa. Karena itu, aliran ini berpandangan bahwa hasil belajar peserta didik besar pengaruhnya pada faktor lingkungan.
Dalam teori belajar mengajar, maka aliran empirismebertolak dari lockean tradition yang mementingkan stimulasi eksternal dalam perkembangan peserta didik. Tokoh perintis aliran empirisme adalah seorang filosof Inggris bernama Jhon Locke (1704-1932) yang mengembangkan teori “tabula rasa” yakni anak lahir di dunia bagaikan kertas putih yang bersih. Pengalaman empiric yang di peloreh dari lingkungan akan berpengaruh besar dalam menentukan perkembangan anak. dengan demikian, dipahai bahwa aliran empirisme ini, seorag pendidik memiliki peranan penting terhadap keberhasilan belajar peserta didiknya
7. Teori Konvergensi
Aliran konvergensi berasal dari kata kovergen, artinya bersifat menuju satu titik pertemuaan. Aliran ini berpandangan bahwa perkembangan individu itu baik dasar (bakat, keturunan) maupun lingkungan, kedua-duanya memainkan peranan penting. Bakat sebagai kemungkinan atau disposisi telah ada pada masing-masing individu, yang kemudian karena pengaruh lingkungan yang sesuai dengan kebutuhan untuk berkembangannya, maka kemungkinan itu lalu menjadi kenyataan. Akan tetapi, bakat saja tampa pengaruh lingkungan yang sesuai dengan kebutuhan perkembangan tersebut, tidak cukup.
Perintis aliran kovergensi adalah William Stern (1871-1939), seorang ahli pendidikan bangsa Jerman yang berpendapat bahwa seorang anak dilahirkan di dunia disertai pembawaan baik maupun pembawaan buruk. Bakat yang dibawa anak sejak kelahirannya tidak berkembang baik tampa adanya dukungan lingkungan yang sesuai untuk perkembangan bakat itu. Jadi, seorang anak memiliki otak yang cerdas, namun tidak didukung oleh pendidik yang mengarahkannya, maka kecerdasan anak tersebut tidak berkembang.
Ketika aliran-aliran pendidikan, yakni nativisme, empirisme, dan konvergensi, dikaitkan dengan teori belajar mengajar kelihatan bahwa kedua aliran yang telah disebutkan (nativisme-empirisme). Mempunyai kelemahan. Adapun kelemahan yang dimaksud adalah sifat yang ekslusif dengan cirinya eksterm berat sebelah. Sedangkan aliran yang terakhir (konvergens) pada umumnya diterima secara luas sebagai pandangan yang tepat dalam memahami tumbuh-kembang seorang peserta didik dalam kegiatan belajarnya. Meskipun demikian, terdapat variasi pendapat tentang factor-faktor mana yang paling penting dalam menentukan tumbuh kembang itu.  
2.4 Perbedaan Individual Peserta Didik
Dalam aliran psikologi, masalah individu mendapat perhatian yang besar, sehingga melahirkan cabang psikologi yang dikenal dengan individual psychology atau differential psychology, yang memberikan perhatian besar terhadap penelitian tentang perbedaan antar individu.
Dalam tujuan psikologi islam, perbedaan individual tersebut dipandang sebagai realitas kehidupan manusia yang sengaja diciptakan Allah untuk dijadikan bukti kebesaran dan kesempurnaan ciptaan –Nya. Individu menunjukkan kedudukan seseorang sebagai perseorangan atau personal. Sebagai orang perseorangan individu memiliki sifat-sifat atau karakteristik yang menjadikannya berbeda dengan mahluk lainnya. Perbedaan inilah yang disebut dengan perbedaan individual (individual difference).
Secara umum, pebedaan individual dibagi menjadi dua, yaitu perbedaan secara vertikal dan perbedaan secara horizontal. Perbedaan vertical adalah perbedaan individu dalam aspek jasmaniah, seperti bentuk, tinggi, besar, kekuatan, dan sebagainya. Perbedaan horizontal adalah perbedaan individual dalam aspek mental, ingatan, emosi, tempramen, dan sebagainya. Berikut ini akan diuraikan beberapa aspek perbedaan individual peserta didik tersebut.
1. Perbedaan Fisik-Motorik
Perbedaan individual dalam fisik tidak hanya berbatas pada aspek-aspek yang teramati oleh pancaindera, seperti bentuk atau tinggi badan, warna kulit, warna mata atau rambut, jenis kelamin, nada suara atau bau keringat, melainkan juga aspek-aspek fisik juga dapat dilihat dari kesehatan peserta didik, seperti kesehatan mata dan telinga.
2. Perbedaan Intelegensi
Intelegensi adalah salah satu kemampuan mental, pikiran atau intelektual dan merupakan bagian dari proses kognitif pada tingkatan yanglebih tinggi. Secara intelegensi dapat dipahami sebagai kemampuan beradaptasi dengan situasi yang baru secara cepat dan efektif. Untuk mengetahui tinggi rendahnya intelegensi peserta didik para ahli telah mengembangakan instrument yang dikenal “tes intelegensi”, yang kemudian lebih popular dengan istilah Intelligence Quotient, di singkat IQ. Berdasarka tes intelegensi, peserta didik dapat diklasifikasikan sebagai berikut.
a. Anak Genius
IQ di atas 140
b. Anak Pintar
110-140
c. Anak Normal
90-110
d. Anak Kurang Pintar
70-90
e. Anak Debil
50-70
f. Anak Dungu
30-50
g. Anak Idiot
IQ dibawah 30
Genius adalah sifat luar biasa yang dimiliki seseorang sehimgga dia mampu mengatasi kecerdasan orang-orang biasa dalam bentuk pemikiran dan hasil karya. Sedangkan idiot atau pander adalah penderita lemah otak, yang hanya memiliki kemampuan berpikir setingkat dengan kecerdasan anak yang berumur 3 tahun (Murasal,1981).
3. Perbedaan Kecakapan Bahasa
Kemampuan bahasa anak didik berbeda-beda, ada anak yang berbicara dengan lancer, singkat dan jelas, ada pula yang gagap, berbicara, berbelit-belit dan tidak jelas. Dari hasil beberapa penelitian bahwa factor nature dan nurture (pembawaan dan lingkungan) sangat memengaruhi perkembangan bahasa anak. factor yang memengaruhi perbedaan kecakapan bahasa anak, yaitu factor kecerdasan, pembawaan, lingkungan fisik, terutama organ bicara dan sebagainnya.
4. Perbedaan Psikologis
Perbedaan psikologis peserta didik juga terlihat dari aspek psikologisnya. Ada anak yang mudah tersenyum, gampang marah, berjiwa sosial, sangat egoistis, cengeng, pemalas, rajin, dan ada pula anak yang pemurung, dan seterusnya. Persoalan psikologis memang sangat kompleks dan sangat sulit dipahami secara tepat, karena menyangkut apa yang ada didalam jiwa dan perasaan peserta didik.
2.5 Periodesasi Perkembangan Anak
1. Fase Perkembangan Berdasarkan Konsep Didaktif
Dasar yang digunakan untuk menentukan pembagian fase-fase perkembangan adalah materi dan cara bagaimana mendidik anak pada masa-masa tertentu pembagian seperti ini, antara lain diberikan oleh Johann Amos Cimenius, seorang ahli didik dari Moravia. Ia membagi fase-fase perkembangan berdasarkan tingkat sekolah yang diduduki anak sesuia dengan tingkat usia dan menurut bahasa yang dipelajari disekolah.
2. Periodesasi Perkembangan Berdasarkan Ciri-ciri Psikologis
Periode perkembangan berdasarkan ciri-ciri psikologis ini dikemukakan oleh beberapa ahli, di antaranya Oswald Kroch. Ciri-ciri yang digunakan oleh Oswald Kroch adalah pengalaman keguncangan jiwa yang dimanifestasikan dalam bentuk sifat trotz atau sifat “keras kepala” dan ia membagi fase perkembangan ini menjadi tiga.
a. Fase anak awal, umur0-3 tahun. Pada akhir fase ini terjadi troz pertama yang ditandai dengan serba membantah menentang orang lain.
b. Fase keserasian sekolah, umur 3-13 tahun. Pada akhir fase ini terjadi troz kedua yang ditandai dengan anak serba membantahatau menentanga orang lain bahkanucapan orang tua.  
c. Fase kematangan, umur 13-21. Fase ini terjadi setelah berakhirnya gejala-gejala troz kedua, dimana anak mulai merasakan kelebihan dan kekurangan yang ia miliki yang dihadapi dengan sewajarnya.




BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

            Ilmu pendidikan semakin berkembang dengan teknologi yang begitu canggih menjadikan semua aspek di dalam hidup kita semakin berkembang dan menjadikan pelajar lebih mengerti akan hakekat pendidikan untuk manusia indonesia seutuhnya.
            Sebagaimana manusia pada umumnya, para peserta didikpun memiliki berbagai kebutuhan yang amat diperlukan bagi perkembangan diri dan wawasan pengetahuannya sebagai bekal baginya untuk masa depan yang lebih baik. alam rangka memenuhi kebutuhan-kebutuhan para peseta didik.

3.2 Saran
Dengan adanya makalah ini dapat lebih mengetahui sifat-sifat yang ada pada peserta didik sehinga dengan adanya makalah ini para guru atau calon guru dapat mengetahui peserta didiknya dan dapat menyelurkan ilmunya kepada peserta didik. Diharapkan kepada peserta didik dan pengajar maupun orang tua agar dapat ikut berpartisipasi dalam memahami tentang perkembangan dan pertumbuhan peserta didik. Peran serta pemerintaah, masyarakat, pengajar, orang tua juga perlu untuk mengawasi perkembangan setiap anak dan peserta didik sesuai karakteristik perkembangan anak.