Kamis, 02 Maret 2017

Resume psikologi perkembangan peserta didik

BAB 1
PSIKOLOGI PERKEMBANGAN

A. Pengertian Psikologi Perkembangan
Psikologi dapat dipelajari secara teoritis dan praktis. Psikologi yang dipelajari secara teoritis apabila orang dalam mempelajarinya demi ilmu itu sendiri, tidak dihubungkan dengan soal praktik. Sedangkan yang praktis, psikologi dipelajari dan dihubungkan dengan yang segi praktik.
Psikoloi menurut Mussen dan Rosenwieg adalah suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang mind (pikiran) atau the study behavior (tingkah laku) sehingga psikologi didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang tingkah laku anusia. Menurut asal katanya, psikologi berasal dari bahsa Yunani Kuno: (psychae, yang berarti jiwa) dan (-logia yang artinya ilmu) sehingga secara etimologis, psikologi dapat diartikan dengan ilmu yang mempelajari tentang jiwa.
Secara harfiah, psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang jiwa. Psikologi tidak mempelajari jiwa ini secara langsung karena sifatnya yang abstrak, tetapi psikologi membatasi pada manifestasi dan ekpresi dari jiwa tersebut, yakni berupa tingkah laku dan proses atau kegiatannya sehingga psikologi dapat didefinisikan sebagaiilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku dan proses mental. Beberapa ahli berbeda berpendapat dalam memberikan batasan psikologi, yaitu sebagai beikut:
· Fieldman: psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang prilaku dan proses mental.
· Clifford T. Morgan: psikologi adalah ilmu yang mempelajari prilaku manusia dan hewan.
· Gardner Murpgy: psikologi adalah ilmu yang mempelajari respons yang diberikan oleh mahluk hidup terhadap lingkungannya.
· Kamus Psikologi (Chaplin): Psychology as a science (psikologi sebagai suatu ilmu pengrtahuan) adalah ilmu mengenai tingkah laku manusia dan binatang; studi mengenai organisme dalam segala variasi dan kompleksitasnya, untukberreaksi terhadap perubahan yang terus-menerus dan aliran dari kejadian-kejadian fisik/ragawi dan peristiwa-peristiwa sosial yang menyusun lingkungannya.
· Wilhelm Wundt: psikologi adalah ilmu yang mempelajari kesadaran manusia.
· Woodworth dan Marquis: psikologi adalah ilmu yan mempelajari tingkah laku manusia, yang terlihat maupun yang tidak terlihat meliputi aktivitas fisik, emosional, dan berpikir.
Psikologi adalah sebuah bidang ilmu pengetahuan dan ilmu terapan yang mempelajari mengenai prilaku dan fungsi mental manusia secara ilmiah. Para praktis dalam bidang psikologi disebut para psikolog. Perkembangan psikologi terakhir yang kontemporer dengan pendekatan indegeneous (kearifan local) maupun studi lintas budaya (cros catur psychology) ataupun karakteristik individual (positive psychology).
Secara umum psikologi dapat dibedakan menjadi dua cabang yaitu psikologi teoritis dan psikologi terapan. Psikologi teoritis dapat pula dibedakan atas dua bagian, yaitu psikologi umum dan psikologi khusus. Psikologi umum adalah psikologi teorotis yang mempelajari aktivitas-aktivitas manusia yang bersifat umum dalam rangka mencari dalil-dali umum dan teori-teori psikologi. Sedangkan psikologi kusus adalah psiologi teoritis yang menyelidiki segi-segi khusus aktivitas mental manusia, psikologi khusus ini terdiri atas berikut ini.
a.  Psikologi perkembangan, mengkaji tingkah laku manusia dalam kaitannya dengan situasi sosial.
b. Psikologi sosial, mengkaji struktur kepribadian manusia sebagai satu kesatuan utuh.
c. Psikologi abnormal, mengkaji aktivitas menta individu yang tergolong abnormal.
d. Psikologi industri, mengkaji tingkah laku individu dalam kaitannya dengan industri.
e. Psikologi pendidikan, mengkaji prilaku individu dalam situasi pendidikan.
Perkembangan menghasilkan bentuk-bentuk dan ciri-ciri kemampuan baru yang berlangsung dari tahap aktivitas yang sederhan ke tahap yang lebih tinggi. Secara singkat, perkembangan (development) adalah proses suatu thapan pertumbuhan kea rah yang lebih maju. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991), “perkembangan” adalah perihal berkembang. Selanjutnya, kata “berkembang” berarti mekar terbuka atau membentang; menjadi besar, luas, dan banyak, serta menjadi bertambah sempurna dalam hal kepribadian, pikiran, dan sebagainnya. Dalam Dictionary of Psychology (1972) dan The Penguin Dictionary of Psychology (1988), arti “perkembangan” pada prinsipnya adalah tahapan-tahapn perubahan yang progresif yang terjadi dalam rentang kehidupan manusia dan organisme lainnya, tanpa membedakan aspek-aspek yang terdapat dalal diri organisme-organisme tersebut.
Selanjutnya pengertian psikologi perkembangan¸yaitu seperti berikut:
· Psikologi perkembangan adalah suatu ilmu yang merupakan bagian dari psikologi.
· Psikologi perkembangan adalah suatu ilmu yang lebih mempersoalkan factor-faktor umum yang memengaruhi proses perkembangan yang terjadi pada diri pribadi seseorang, dengan menitikberatkan pada relasi antara kepribadian dan perkembangan (F.J. Monks, Keneoers, Siti Rahayu Haditono).
Peubahan yang terjadi dalam perkembangan dapat dibagi kepada empat bentuk, yaitu perubahan dalam ukuran besarnya, dalam proporsinya, hilangnya bentuk atau ciri-ciri lama, timbul atau lahirnya bentuk atau ciri-ciri baru. Rentetan perubahan jasmani dan rohani manusia menujuke arah yang lebih maju dan sempurna. Objek psikologi perkembangan adalah perkembangan manusia sebagai pribadi (F.J. Monks, 2006:1). Psikologi perkembangan yang utama tertuju pada perkembangan manusianya sebagai peson. Perkembangan merupakan tempat berkembangnya person. Perkembangan manusia (human development) adalah membicarakan hal berikut.
· Suatu bidang studi yang bersifat interdisipliner yang ditunjukan untuk memahami semua perubahan yang dialami oleh manusia selama rentang masa kehidupannya.
· Suatu studi ilmiah, terkait dengan perubahan-perubahan yang disebabkan oleh pertambahan usia, yang mana perubahan tersebut terjadi pada aspek prilaku, pola pikir, emosi, dan kepribadian.
· Suatu studi ilmiah yang mempelajari proses bagaimana individu mengalami perubahan sekaligus melihat bagaimana individu tidak berubah.
B. Tujuan, Fungsi, dan Manfaat Psikologi Perkembangan
1. Tujuan Mempelajari Psikologi Perkembangan Peserta Didik
Adapun tujuan mempelajari psikologi perkembangan peserta didik diantaranya sebagai berikut.
· Untuk mengetahui tingkah laku individu itu sesuai atau tidak dengan tingkat usia/perkembangannya.
· Untuk mengetahui tingkat kemampuan individu pada setiap fase perkembangannya.
· Untuk mengetahui kapan individu bisa diberi stimulus pada tingkat perkembangan tertentu.
· Agar dapat mempersiapkan diri dalam menghadapi perubahn-perubahan yang akan dihadapi anak.
· Khusus bagi guru, agar dapat memilih dan memberikan materi dan metode yang sesuai dengan kebutuhn anak, terutama dalam kegiatan belajar mengajar.
· Memberikan, mengukur, dan menerangkan perubahan dalam tingkah laku serta kemampuan yang sedang berkembang sesuai dengan tingkat usia dan yang mempunyai ciri-ciri universal, dalam artian yang berlaku bagi anak-anak dimana saja dalam lingkungan sosial-budaya mana saja.
· Mempelajari karakteritik umum perkembangan peserta didik, baik secara fisik, kognitif, maupun psikososial.
· Mempelajari perbedaan-perbedaan yang bersifat pribadi pada tahapan, tau masa perkembangan tertentu.
· Mempelajari tingkah laku anak pada lingkungan tertentu yang menimbulkan reaksi berbeda.
· Mepelajari penyimpangan tingkah laku yang dialami seseorang seperti kenakalan-kenakalan, kelainan-kelainan dalam fungsionalitas inteleknya, dan lain-lain.
Menurut Mussen, Canger, dan Kagan, dewasa ini psikologi perkembangan lebih menitik beratkan pada usaha-usaha mengetahui sebab-sebab yang melandasi terjadinya pertumbuhan dan perkembangan manusia, sehingga menimbulkan perubahan-perubahan oleh sebab itu tujuan psikologi perkembangan meliputi berikut ini.
a. Memberi, mengukur, dan menerangkan perubahan dalam tingkah laku serta kemampuan yang sedang berkembang sesuai dengan tinkat umur dan yang mempunyai ciri-ciri universal, dalam arti yang berlaku bagi anak-anak dimana saja dan dalam lingkungan sosial-budaya mana saja.
b. Mempelajari perbedaan-perbedaan yang bersifat pribadi pada tahapan atau masa perkembangan tertentu.
c. Mempelajari tingkah laku anak pada lingkungan tertentu yang menimbulkan reaksi yang berbeda.
d. Mempelajari penyimpangan dari tingkah laku yang dialami seseorang seperti kenakalan-kenakalan, kelainan-kelainan dalam fungsionalitas inteleknya, dan lain-lain.



2. Fungsi Psikologi Sebagi Ilmu
Psikologi perkembangan memiliki tiga fungsi sebagai ilmu, yaitu sebagai berikut.
· Menjelaskan, yaitu mampu menjelaskan apa, bagaimana, dan mengapa tingkah laku itu terjadi. Hasilnya penjelasan berupa deskrifsi atau bahasan yang besifat deskriptif.
· Memprediksikan, yaitu mampu meramalkan atau memprediksikan apa, bagaimana dan mengapa tingkah laku itu terjadi. Hasil prediksi berupa prognosa, prediksi atau estimasi.
· Pengendalian, yaitu mengendalikan tingkah laku sesuai dengan yang diharapkan. Perwujudannya berupa tindakan yang sifatnya preventif atau pencegahan, intervensi atau treatment serta rehabilitasi atau perawatan.
3. Kegunaan Mempelajari Psikologi Perkembangan
Perkembangan akan dapat menimbulkan kesadaran terhadap diri sendiri sehingga dapat melaksanakan tugas-tugas perkembangan dengan baik. Menurut Hurlock (1980: 5-6), beberapa manfaat psikologi perkembangan adalah sebagai berikut.
a. Membantu apa yang diharapkan oleh anak dan kapan yang diharapkan itu muncul.
b. Dengan apa yang diharpkan anak, memungkinkan untuk menyusun pendoman dalam bentuk skala tinggi-berat, usia-berat, usia-mental dan skala perkembangan sosial atau emosional.
c. Memungkinkan para orang tua atau guru memberikan bimbingan belajar yang cepat.
d. Mengetahui perkembangan yang normal pada anak.
Perkembangan psikologi perkembangan sangat berguna bagi guru, yaitu dengan bekal psikologi perkembangan mereka dapat memilih dan memberikan materi pendidikan dan pengajaran yang sesuai dengan kebutuhan anak didik pada tiap tingkat perkembangan tertentu dan memilih metode pengajaran dan menggunakan bahasa yang sesuai dengan tingkat perkembangan pemahaman murid-murid mereka. Manfaat lain yang akan diperoleh guru atau calon guru, di antaranya adalah sebagai berikut.
§ Seorang guru akan dapat memberikan harapan yang realitas terhadap anak dan remaja.
§ Dapat membantu kita dalam memberikan respons yang tepat terhadap prilaku tertentu seorang anak.
§ Akan membantu para orang tua dan guru dalam menghadapi tantangan saat membesarkan dan mendidik anak-anak/siswanya.
§ Memungkinkan para guru untuk sebelumnya mempersiapkan anak menghadapi perubahan yang akan terjadi pada tubuh, perhatian dan prilakunya.
§ Memberi informasi tentang siapa kita, bagimana kita dapat seperti ini, dan kemana masa depan akan membawa kita.
§ Seorang guru akan dapat memberikan harapan yang realitis terhadap anak dan remaja.
§ Membantu kita dalam memberikan respons yang tepat terhadap prilaku tertentu seorang anak.
§ Membantu guru mrngenali kapan perkembangan normal yang sesungguhnya dimulai.
§ Dengan mengetahui pola normal perkembangan, memungkinkan para guru untuk sebelumnya mempersiapkan anak menghadapi perubahan yang akan terjadi pada tubuh, perhatian dan prilakunya.
§ Memungkinkan memberikan bimbingan belajar yang tepat kepada anak.
§ Studi perkembangan dapat membantu kita memahami diri sendiri.
§ Memungkinkan guru memberikan bantuan dan pendidikan yang tepat sesuai dengan pola-pola dan tingkat-tingkat perkembangan anak.
C. Aspek dan Faktor Yang Mempengaruhi Peserta Didik
Berikut ini diuraikan pokok-pokok pertumbuhan dan perkembangan aspek-aspek yang berbeda antara satu dengan yang lain.

1. Pertumbuhan fisik
Pertumbuhan fisik manusia merupakan proses perubahan menjadi lebih besar dan lebih panjang dan terjadi sejak anak sebelum lahir hingga dewasa. Pertumbuhan ini ada dua yaitu pertumbuhan sebelum lahir, masa sebelum lahir merupakan pertumbuhan dan perkembangan manusia yang sangat kompleks. Dan pertumbuhan setelah lahir, yakni setiap bagian fisik seseorang atau individu terus mengalami perubahan karena pertumbuhan. Jaringan otak atau syaraf sentral akan tumbuh dengan cepat karena syaraf pusat itu akan menjadi sentral dalam menjalankan fungsi jaringan syaraf diseluruh tubuh manusia.  Pertumbuhan fisik seorang anak dapat dibagi menjadi empat masa utama; dua masa ditadai dengan pertumbuha yang cepat dan masa berikutnya ditandai pertumbuhan yang lambat.
2. Perkembangan Intelektual
Perkembangan ini juga dikenal denga nama perkembangan kognitif. Perkembangan kognitif ini menurut Piaget mengikuti tahap-tahap sebagai berikut:
a. Tahap Sensori Motor (0-2 setengah tahun)
Masa ketika bayi menggunakan sistem pengindraan dan aktivitas motoric utuk mengenal lingkungannya. Bayi memenggunakan reaksi motoric atas rangsangan-rangsangan yang diterimannya dalam bentuk reflek.
b.  Tahap Pra-Oprasional (usia 2-7 tahun)
Pada tahp ini, kemampuan skema kognitifnya masih terbatas. Peserta didik suka meniru prilaku orang lain. Perilaku yang ditiru itu terutama prilaku orang lain, khususnya orang tua dan guru yang pernah ia lihat ketika orang itu merespons terhadap prilaku orang, keadaan, kejadian yang dihadapi pada masa lampau.
c. Tahap Oprasional Konkret (usia 7-11 tahun)
Pada tahap ini, peserta didik sudah mulai memahami aspek-aspek kumulatif materi, misalnya volume dan jumlah; mempunyai kemampuan memahami cara mengombinasikan beberapa golongan benda yang bervariasi tingkatannya. Dalam tahap ini anak mulai mengembangkan 3 hal, yaitu:
1) Identifikasi: mengenali sesuatu;
2) Negasi: mengingkari sesuatu; dan
3) Reprokasi: mencari hubungan timbal balik antara beberapa hal.
d. Tahap Oprasinal Formal (usia 11-15 tahun)
Pada tahap ini, peserta didik sudah menginjak usia remaja. Perkembangan kognitif telah memiliki kemampuan memgkoordinasikan dua ragam kognitif baik secara silmutan (serentak) maupun berurutan.
3. Emosi
Emosi merupakan gejala perasaan yang disertai dengan perubahan dan prilaku fisik. Seperti marah, yang ditunjukkan dengan teriakan suara keras atau tingkah laku lain. Begitu pula sebaliknya, seseorang yang gembira ia melonjak-lonjak sambal tertawa lebar dan sebaliknya.
4. Sosial
Anak akan membentuk kelompok sebaya sebagai dunianya, dengan memahami dunia anak kemudian dunia pergaulan yang lebih luas. Inilah yang disebut dengan kehidupan sosial yang dalam perkembangannya, setiap orang akan mengetahui bahwa setiap manusia itu saling membutuhkan.
5. Bahasa
Bahasa sebagai alat komunuikasi juga dapat diartikan sebagai tanda, gerakan, dan suara untuk menyampaikan isi pikiran kepada orang lain, dengan demikian dalam berbahasa ada dua pihak yang terlibat, yaitu pihak penyampai dan pihak penerima. Dalam percakapan atau dalam berdialog, pihak-pihak itu saling bergantian fugnsinya.
6. Bakat Khusus
Bakat merupajka kemampuan tertentu yang dimiliki oleh seorang individu yang hanya dengan rangsangan atau sedikit latian, kemampuan itu akan dapat berkembang dengan baik. Dalam proses pendidikan, bakat merupakan faktor penting untuk mendapat perhatian, seseorang yang memiliki bakat akan cepat dalam diamati sebab kemampuan yang dimiliki akan berkembang dengan pesat dan menonjol.
7. Sikap, Nilai, dan Moral
Bloom (Woolfok dan Nicolich, 1984) mengemukakan bahwa tujuan akhirdari proses belajar dikelompokkan menjadi tiga sasaran, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Faktor yang mempengaruhi individu berbeda-beda antara yang satu dengan yang lain. Ada tiga faktor yang mempengaruhi perkembangan individu, yaitu:
a) Faktor hereditas, dipahami sebagai faktor bawaan yang dibawa anak dari orang tuanyaanak mewariskan sesuatu dari orang tuanya.
b) Faktor lingkungan, memberikan pengaruh terhadap perkembangan individu. Anak yang mendapat stimulus lingkungan yang baik akan berkembang dengan baik. Dalam hal ini dikenal dengan aliran empirisme.
c) Faktor gabungan (hereditas dan lingkungan), dalam hal ini perkembangan seseorang dipengaruhi oleh faktor bawaan dan faktor lingkungan dari pengalaman. Aliran yang memahami faktor gabungan ini dikenal dengan istilah aliran konvergensi.
D. Perkembangan dan Pertumbuhan
Istilah perkembangan dan pertumbuhan sering digunakan orang secara “interchangeably”, artinya kedua istilah itu dipakai secara silih bergabtian dengan maksud yang sama. Sebenarnya, masing-masing istilah memiliki pengertian yang bebeda. Ada beberapa perbedaan antara pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan lebih banyak berkenaan aspek-aspek jasmaniah dan fisik. Sedangkan perkembangan dengan aspek-aspek psikis atau rohaniah. Pertumbuhan menunjukkan perubahan atau penambahansecara kuantitas, yaitu penambahan dalam ukuran besar atau tinggi, sedangkan perkembangan dengan meningkatkan kualitas, yaitu peningkatan dan penyempurnaan fungsi.
Perkembangan juga dapat diartikan sebagai suatu proses perubahan dalam diri individu atau organisme, baik fisik (jasmaniah) maupunpsikis (rohaniah) menuju tingkat kecerdasan atau kematangan berlangsung secara sistematis, progresif dan berkesinambungan. Adapun pembagian masa-masa perkembangan seperti yang dikemukakan oleh Harvey A. Tilker, dalam bukunya Developmental Psycology to Day (1975) dan Elizabeth B. Hurlock dalam buku Developmental Psycology (1980) [4]: masa sebelum lahir, masa bayi, masa kanak-kanak (awal dan akhir), masa puber, masa dewasa (awal dan menengah) dan masa usia lanjut. Adapun aspek aspek yang mempengaruhi pertumbuhan diantarannya,
a. Aspek sebagai keseluruhan
b. Umur mental anak
c. Permasalahan tingkah laku
d. Penyesuaian pribadi dan sosial mencerminkan dinamika pertumbuhan
E. Fungsi Pertumbuhan dan Perkembangan Peserta Didik
Dengan mempelajari perkembangan peserta didik, kita akan memperoleh beberpa keuntungan. Pertama, kita akan mempunyai ekspekstasi yang nyata tentang anak dan remaja. Keduan, pengetahuan tentang psikologi perkembangan anak membantu kita untuk merespons sebagaimana mestinya pada prilaku tetentu dari seorang anak. Ketiga, pengetahuantentang perkembangan anak akan membantu mengenali berbagai penyimpangan dari perkembangan yang normal. Keempat, dengan mempelajari perkembangan anak akan membantu memahami diri sendiri  
F. Perbedaan Individu Peserta Didik
Garry (1963) dalam buku Perkembangan Peserta Didik karya Sunarto dan B. Agung Hartono mengategorikan perbedaan individual kedalam bidang-bidang berikut:
a. Perbedaan fisik, tingkat dan berat badan, jenis kelamin, pendengaran, penglihatan, dan kemampuan bertindak.
b. Perbedaan sosial, termasuk status ekonomi, agama hubungan keluarga dan suku.
c. Perbedaan kepribadian, termasuk watak, motif, minat dan sikap.
d. Perbedaan intelegensi dan kemampuan dasar
e. Perbedaan kecakapan atau kepandaian disekolah.
Jenis perbedaan lainnya meliputi berikut ini,
a. Perbedaan kognitif, yaitu kemampuan kognitif merupakan kemampuan yang berkaitan dengan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi
b. Perbedaan kecakapan bahasa, yaitu bahasa merupakan salah satu kemampuan individu yang sangat penting dalam kehidupan.
c. Perbedaan kecakapan motoric, yaitu kecakapan motorik atau kemampuan psiko-motorik merupakan kemampuan untuk melakukan koordinasi gerakan syarat motorik yang dilakukan olehsyaraf pusat untuk melakuan kegiatan.
d. Perbedaan latar belakang, yaitu perbedaan latar belakan dan pengalaman meeka masing-masing dapat memperlancar atau menghambat prestasinya, terlepas dari potensi individu untuk menguasai bahan.
e. Perbedaan bakat, yaitu bakat merupakan kemampuan khusus yang dibawa sejak lahir.
f. Perbedaan kesiapan belajar, yaitu perbedaan latar belakang, yang meliputi perbedaan sosio-ekonomi sosio kultural, amat penting artinya bagi perkembangan anak

BAB II
KONSEP DASAR
PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK

Pengertian Peserta Didik
Peserta didik dalam arti luas adalah setiap orang yang terkait dengan proses pendidikan sepanjang hayat, sedangkan dalam arti sempit adalah setiap siswa yang belajar disekolah (Sinolungan, 1997). Dalam proses pendidikan, peserta didik merupakan salah satu komponen manusiawi yang menempati posisi sangat sentral. Sebagai salah satu komponen penting dalam sistem pendidikan, peserta didik seing disebut sebagai “raw material” (bahan dasar). Dalam perspektif pendagogis, peserta didik diartikan sebagai jenis mahluk “homo educandum”, mahluk yang menghajatkan pendidikan.
Dalam perspektif Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 Tahun 2003 Pasal 1 ayat 4, peserta didik diartikan sebagai anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan dirinya melalui proses pendidikan pada jalur jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Berdasarkan beberapa definisi tentang peserta didik yang disebutkan di atas, dapat disimpulkan bahwa pesertadidik merupakan individu yang memiliki sejumlah karakteristik, di antaranya sebagai berikut.
· Peserta didik adalah individu yang memiliki potensi fisik dan psikis yang khas, sehingga ia merupakan insan yang unik.
· Peserta didik adalah individu yang sedang berkembang, artinya peserta didik telah mengalami perubahan-perubahan dalam dirinya yang di tunjukkan kepada didri sendiri maupun yang diarahkan pada penyesuaian dengan lingkungannya.
· Peserta didik adalah individu yang membutuhkan bimbingan individual dan perlakuan manusiawi.
· Peserta didik adalah individu yang memiliki kemampuan untuk mandiri. Disamping itu, di dalam diri peserta didik juga terdapat kecendrungan untuk melepaskan diri dari kebergantungan pihak lain. Karena itu, setahap demi setahap orang tua atau pendidik perlu memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mandiri dan bertanggung jawab sesuai dengan kepribadiannya sendiri.
A. Tahap-Tahap Dan Ciri Perkembangan Anak
Dalam perkembangannya dibagi menjadi tiga tahap, diantaranya;
1. Tahap perkembangan biologis
a. Masa prenatal
Masa/priode ini terjadi, pada saat anak berada dalam kandungan dan sangat penting sebagai pembentukkan manusia yang biasa berdampak sepanjang hidup. Memiliki tiga fase, yaitu pertama, yaitu pengalihan gen dari orang tua bila terjadi gangguan ciri fisik ataupun psikologinya akan terganggu. Kedua, pembentukkan organ tubuh serta jenis kelamin, bila terjadi gangguan, akan mengakibatkan cacat bawaan. Ketiga, lingkungan dari kandungan dipengaruhi oleh kondisi psikologi dari fisik sang ibu. Penerimaan dan penolakan anak di dalam kandungan berpengaruh pada masa yang akan datang.
b. Masa bayi
· Infancy, (orok): selama 2 minggu sejak lahir
1. Fase partunatal, yaitu 30 menit setelah kelahiran bayi masih merasa bersatu dan tergantung seutuhnya kepada ibunya.
2. Fase neonatal, yaitu setelah plasenta/ ari-ari dipotong, bayi mulai berdiri sendiri sebagai individu.
Masa ini menjadi hal utama karena mulai menyesuaikan diri terhadap situasi dan kondisi, contoh: temperature, cara makan, dan pembuangan feces. Bayi pun masih bersifat sembarangan, tak terkontrol bila terjadi rangsangan dari luar.
· Babyhood (bayi): 2 tahun setelah masa jabang bayi.
Masa ini pembentuk dasar kepribadian, mengalami pertumbuhan secara cepat, sekaligus ketergantungan dengan ibu berkurang/individualis. Adapun ciri menonjol adalah keingintahuan dan kreativitas dari syaraf motoriknya, ia pun punya tugas penting belajar berbicara dengan ibunya dan menggerakan organ-organ tubuhnya.
c. Masa kanak-kanak awal (early childhood)
Berlangsung dari umur 2 tahun sampai 6 tahun. Ciri: semakin baik dalam penggunaan organ tubuh, terasuk penggunaan kata-kata/ cerewet (chatterbox age), bermain dengan teman sebaya (gang age) berjenis kelamin sama/ dengan gaya bahasa atau juga disebut umur konformitas, dan di akhir masa ini anak sudah bisa diatur dan siap masuk sekolah. Perkembangan fisik mulai berjalan lamban, tetapi banyak keterampilan, seperti di sekolah, dan mengurus diri sendiri.
d. Masa kanak-kanak akhir (late childhood)
Berlangsung 6 tahun sampai organ seksualnya masak, pada umumnya 12-13 tahun untuk wanita dan 14-15 tahun untuk pria. Anak-anak mulai belajar mandiri, norma-norma absolut kini menjadi relatif, dan suka membanding-bandingkan dengan apa yang dia punya, serta dala usia ini suka membantah.
e. Masa pubertas (akhir baligh)
Pubertas ditandai dengan masaknya organ reproduksi, secara fisik sudah siap beranak-pinak, kemudian daya tarik terhadap lawan jenis lebih kuat. Ciri: mengalami pertumbuhan secara cepat, sifat negativism/ sering menyendiri, bertengkar baik dengan sesame jenis/ lawan jenis, bosan dengan aktivitas yang sering dilakukan, tidak rapi, canggung, menentang orang yang ia hormati, mudah tersinggung, kurang percaya diri, takut pada kegagalan, dan takut diberi komentar (no comment).

f. Masa remaja (adolescence)
Ini adalah masa transisi, yang sangat sulit dari masa sebelumnya/ secara umum merupakan klimaks. Masa remaja dibagi 2 bagian, yaitu remaja awal sekitar usia 13-17 tahun dan remaja akhir usia sekitar 17-18 tahun. Ciri: terlihat pada prilaku sosialnya.
g. Masa dewasa awal (early adulthood)
Berkisar antara 18-40 tahun. Ini adalah masa pemantapan diri terhadap pola hidup baru/keluarga. Banyak kegiatan yang mulai ditinggalkan, seperti hura-hura, nongkrong. Memikirkan hal-hal yang lebih penting, seperti memilih pasangan hidup dan menjadikan cita-cita lebih riil.
h. Masa dewasa madya (middle adulthood/ middle age)
Berkisar antara 40-60 tahun, kehidupan umumnya sudah mapan, berkeluarga, dan memiliki beberapa anak.
i. Masa usia lanjut (late adulthood/ old age)
Pada umur 60 tahun ke atas, masa dimana mensyukuri yang sudah dicapai dari masa sebelumnya. Keadaan fisik sudah jauh menurun, bahkan sudah pension.


2. Tahap perkembangan berdasarkan didaktif
Tokoh yang mengadakan pembagian ini adalah Jean Jacques Rosseau, beliau berpendapat bahwa perkembangan manusia itu mempunyai sifat- sifat yang bebeda dengan thap-tahap yang lain.
Adapun tahap-tahap perkembangan ini adalah sebagai berikut.
§ Tahap I : dari umur 0 sampai 2 tahun. Tahap ini disebut thapa asuhan.
§ Tahap II : dari umur 2 sampai 12 tahun. Tahap ini dinamakan tahap
   pendidikan jasmani dan latihan-latihan panca indera.
§ Tahap II : dari umur 12 sampai 15 tahun. Tahap ini disebut tahap
   Pendidikan akal pikiran.
§ Tahap IV : dari umur 15 sampai 20 tahun. Tahap ini disebut tahap
   Pembentukkan watak (karakter) dan pendidikan agama.
3. Tahap perkembangan berdasarkan psikologi
Golongan yang menjadi pelopor tahap perkembangan ini adalah Oswald Kroh. Kroh ini berpendapat bahwa pengalam-pengalaman psikologi umumnya ditentukan oleh kegoncangan yang menandai tahap yang satu ke tahap yang lain. Dengan demikian, Kroh membagi tahap-tahap perkembangan ini sebagai berikut.
§ Tahap I : mulai umur 0 sampai 3 bulan, yang biasanya disebut juga masa
  kanak-kanak awal.
§ Tahap II : mulai umur 3 sampai 13 tahun, yang disebut juga masa
  Keserasian sekolah.
§ Tahap III : mulai umur 13 sampai akhir masa remaja, yang biasanya
  Disebut masa kematangan.
B. Faktor yang mempengaruhi Perkembangan Anak
Secara garis besar, faktor-faktor yang menyebabkan perkembangan tiap-tiap individu tidak sama antara satu dengan lainnya. Di antara faktor-faktor di dalam diri yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan individu adalah seperti berikut.
a. Bakat atau pembawaan. Anak dilahirkan dengan membawa bakat-bakat tertentu, seperti bakat musik, seni, agama, akal yang tajam, dan sebagainya.
b. Sifat-sifat keturunan. Sifat-sifat keturunan yang individu diwariskan dari orang tua atau neek moyang dapat berupa fisik dan mental.
c. Dorongan dan instink. Dorongan adalah kodrat hidup yang mendorong manusia melaksanakan sesuatu atau bertindak pada saatnya. Sedangkan insting atau naluri adalah kesanggupan atau ilmu tersembunyi yang menyuruh atau membisikkan kepada manusia bagimana cara-cara melaksanakan dorongan batin.
Selain itu, ada juga yang menggolongkan factor yang mempengaruhi perkembangan peserta didik seperti berikut.
1. Faktor internal
a. Kondisi fisik, merupakan faktor biologis individu yang merujuk pada faktor genetik yang diturunkan oleh orang tuanya.
b. Kondisi psikis, kondisi fisik dan psikis individu sangat berkaitan. Ranah perkembangan individu menyangkut aspek fisik, intelektual, yaitu kognitif dan bahasa, emosi dan sosial moral.
2. Faktor eksternal
a. Lingkungan fisik, lingkungan ini mencakup kondisi keamanan, cuaca, keadaan geografis, sanitasi atau kebersihan lingkungan, serta keadaan rumah, yang meliputi ventilasi, cahaya, dan kepadatan hunian.
b. Lingkungan nonfisik, meliputi berbagai macam komponen, yaitu keluarga, pendidikan dan masyarakat. Beberapa faktor yang berkenaan dengan faktor nonfisik, seperti stimulasi motivasi dalam mempelajari sesuat, pola asuh, serta kasih saying dari orang tua.
C. Perkembangan Masa Hidup Anak
Perkembangan pada masa anak-anak, meliputi sebagai berikut.
a. Masa balita, masa prasekolah (2-5 tahun)
Perkembangan gerakan berubah menjadi lebih luwes. Kemampuan berbicara bertambah maju dan perbendaharaan kata bertanbah banyak. Anak sudah dapat berjalan dan berbicara, maka lingkungan sosial bertambah luas karena ia bermain dengan tema-teman diluar lingkungan keluarganya. Pada masa kanak-kanak, perkembangan yang lebih mudah diamati adalah perkembangan motorik. Yaitu segala sesuatu yang ada hubungannya dengan gerakan-gerakan tubuh. Dalam perkembangan motoris, unsur-unsur yang berkembang ialah otot, saraf dan otak.
b. Masa anak sekolah (6-12 tahun)
Pada masa ini, anak memasuki masa belajar di dalam dan di luar sekolah anak belajar disekolah, tetapi membuat latihan pekerjaan rumah yang mendukung hasil belajar di sekolah. Anak-anak pada masa ini harus menjalani tugas-tugas perkembangan, yaitu seperti berikut.
· Belajar keterampilan fisik untuk permainan biasa.
· Membentuk sikap sehat mengenai dirinya sendiri.
· Belajar bergaul dengan teman-teman sebaya.
· Belajar peranan jenis yang sesuai dengan jenisnya.
· Membentuk keterampilan dasar: membaca, menulis, dan berhitung.
· Membentuk konsep-konsep yang perlu untuk hidup sehari-hari.
· Membentuk hati nurani, nilai moral dan nilai sosial.
· Memperoleh kebebasan pribadi.
· Membentuk sikap-sikap terhadap kelompok-kelompok sosial dan lembaga-lembaga.
Dalam perkembangan ini, anak tetap memerlukan penambahan pengetahuan melalui belajar.
c. Masa anak tanggung: praremaja (10-12 tahun)
Masa praremaja ditandai dengan meningkatnya cara berpikir kritis. Pada masa ini, mudah terjadi identifikasi yang sifatnya emosional terhadap teman sebaya yang sejenis. Minat dan aktivitasnya mulai mencemikan jenisnya secara lebih jelas. Perkembangan anak berlangsung dengan cepat, disertai dengan dorongan kuat untuk ekspansi diri dan berpetualang karena merasa bisa dan tangkas.
D. Kematangan dan Perembangan Pengalaman Peserta Didik
Perkembangan yang dialami peserta didik membawa mereka kearah kematangan. Kematangan ini akan tercapai jika sudah menemukan pasangan atau nilai-nilai yang mereka cari, yaitu menjelang berakhirnya masa remaja atau mulainya masa dewasa.
Kematangan (maturation) adalah urutan perubahan yang dialami individu secara teratur yang ditentukan oleh rancangan genetiknya (Santrock dan Yussen, 1992:20). Kematangan dipandang sebagai suatu pembawaan (nature), yakni sebagai warisan biologis organisme yang dibawa sejak lahir. Unsur genetik individu mewariskan dasar, bagaimana hal itu tumbuh dan berkembang sangat tergantung pada makanan, gizi, perawatan medis, latihan, pendidikan yang diberikan oleh lingkungan. Kaum interaksionis mempercayai bahwa hampir semua kualitas fisik dan psikis individu merupakan hasil dari pengaruh pembawaan dan lingkungan. Misalnya:
· Tinggi badan anak tergantunng kepada rancangan genetik yang diturunkan dari orang tuanya (pembawaan);
· Tinggi badan anak juga tergantung pada gizi dan latihan yang diperoleh selama proses pertumbuhan (lingkungan)
· Perkembangan kognisi anak tergantung kepada taraf intelegensi yang dimiliki (pembawaan);
· Perkembangan kognisi tergantung pada kualitas pengalaman belajar yang diperoleh selama hidupnya (lingkungan);
· Anak secara biologis sudah terprogram untuk belajar bahasa (pembawaan); dan
· Anak hanya akan belajar bahasa yang didengarnya (lingkungan).
E. Implikasi Pertumbuhan/Perkembangan/Kematangan Peserta Didik terhadap Proses Pembelajaran
Istilah “kematangan” yang dalam bahas inggris disebut dengan maturation, sering dilawankan dengan immaturation, yang artinya tidak matang. Chaplin (2002) mengartikan kematangan (maturation) sebagai: (1) perkembangan, proses mencapai kemasakan/usia masak; (2) proses perkembangan yang dianggap berasal dari keturunan, atau merupakan tingkah laku khusus spesies (jenis, rumpun). Davidoff (1998) mengemukakan istilah kematagan (maturation) untuk menunjuk pada munculnya pola prilaku tertentu yang bergantung pada pertumbuhan jasmani dan kesiapan susunan saraf.
Kematangan tidak dapat dikategorikan sebagai faktor keturunan atau pembawaan karena kematangan ini merupakan suatu sifat tersendiri yang umum dimiliki oleh setiap individu dalam bentuk dan masa tertentu. Sebagai individu yang sedang tumbuh dan berkembang, maka proses pertumbuhan dan perkembangan peserta didik tersebut sangat dipengaruhi oleh adanya interaksi antara dua faktor yang sama-sama penting kedudukannya, yaitu faktor hereditas dan faktor lingkungan.
1. Perkembangan anak usia sekolah dasar
Bagi anak usia sekolah dasar, perkembangan, pertumbuhan, dan kematangan dapat dilihat dari beberapa sudut perkembangan sebagai berikut.
a. Perkembangan intelektual
Pada usia dasra (6-12 tahun) anak sudah dapat mereaksi rangsanganintelektual atau melaksanakan tugas-tugas belajar yang menuntut kemampuan intelektual atau kemampuan kognitif (seperti membaca, menulis, dan menghitung).
b. Perkembangan bahasa
Dua faktor penting yang memengaruhi perkembangan bahasa, yaitu:
· Proses jadi matang, dengan perkataan lain anak itu menjadi matang (organ-organ suara/bicara sudah berfungsi) untuk berkata-kata.
· Proses belajar. Yang berarti bahwa anak yang telah matang untuk berbicara, lalu mempelajari bahasa orang lain dengan jalan mengimitasi atau meniru ucapan/kata-kata yang didengarnya. Kedua proses ini berlangsung sejak masa bayi dan kanak-kanak.


c. Perkembangan sosial
Pada usia ini, anak mulai memiliki kesanggupan menyesuaikan diri sendiri (egosentris) kepada sikap kooperatif (bekerja sama) atau sosiosentris (mau memperhatikan kepentingan orang lain). Dalam poses belajar di sekolah, kematangan perkembangan sosial ini dapat dimanfaatkan atau dimaknai dengan memberikan tugas-tugas kelompok, baik yang membutuhkan tenaga fisik maupun tugas yang membutuhkan pikiran.
d. Perkembangan emosi
Kemampuan mengontrol emosi diperoleh anak melalui peniruan dan latihan (pembiasaan). Dalam proses peniruan, kemampuan orang tua dalam mengedalikan emosinya sangatlah berpengaruh pada anak. Emosi merupakan faktor dominan yang mempengaruhi tingkah laku individu, dalam hal ini termasuk pula prilaku belajar. Maka guru hendaklah mempunyai kepedulian untuk menciptakan situasi belajar yang menyenagkan atau kondusif bagi terciptanya proses belajar yang efektif.
e. Perkembangan emosional
Anak mulai mengenal konsep moral pertama kali dari lingkungan keluarga. Pada mulanya, mungkin anak tidak mengerti konsep moral ini, tapi lambat laun anak akan memahaminya. Pada usia sekolah dasar, anak sudah dapat mengikuti peraturan atau tuntutan dari orang tua atau lingkungan sosialnya.
f. Perkembangan penghayatan keagamaan
Pada masa ini, perkembangan penghayatan keagamaanya ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut. sikap keagamaan bersifat reseptif disertai dengan pengrtian:
· Pandangan dan paham ketuhanan diperolehnya secara asional berdasarkan kaidah-kaidah logika yang berpendomanpada indicator alam semesta sebagai manifestasi dari keangungan-Nya;
· Penghayatan secara rohaniah semakin mendalam, pelaksanaan kegiatan ritual diterima sebagai keharusan moral;
· Priode usia sekolah dasar merupakan masa pembentukkan nilai-nilai agama sebagai kelanjutan priode sebelumnya.
g. Perkembangan motorik
Sesuai dengan pekebangan fisik (motorik), maka di kelas-kelaspermulaan sangat tepat diajarkan:
· Dasar-dasar keterampilan untuk menulis dan menggambar;
· Keterampilan dalam mempergunakan alat-alat olahraga;
· Gerakan-gerakan untuk meloncat, berlari, berenang, dan sebagainya;
· Baris berbaris secara sederhana untuk menanamkan kebiasaan, ketertiban dan kedisiplinan.

BAB III
KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN
DAN TEORI PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK

A. Karakteristik Perkembangan Peserta Didik 
1. Karakteristik dan ciri perkembangan anak usia sekolah dasar (SD)
Seorang guru yang professional harus dapat menerakan metode pengajaran yang sesuai dengan keadaan siswanya, maka sangatlah penting bagi seorang pendidik mengetahui perkembangan psikologi siswanya. Disamping memperhatikan karakteristik/ciri-ciri perkembangan anak, implikasi pendidikan dapat juga bertolak dari kebutuhan peserta didik.
Pemaknaan kebutuhan siswa SD dapat diidentifikasikan dari tugas-tugas perkembanganya. Tugas-tugas perkembangan adalah tugas-tugas yang muncul pada saat atau suatu masa tertentu dari kehidupan individu, yang jika berhasil, akan menimbulkan rasa bahagia dan membawa arah keberhasilan dalam melaksanakan tugas-tugas berikutnya, sementara kegagalan dalam melaksanakan tugas tersebut menimbulkan rasa tidak bahagia, di tolak oleh masyarakat dan kesulitan dalam menghadapi tugas-tugas berikutnya.
a. Pengertian karakteristik siswa
Karakteristik berasal dari kata karakter; dalam Kamus Bahasa Indonesia karangan Poerwadarminta dikatakan bahwa karakter adalah watak, taiat atau sifat-sifat kejiwaa. Sedangkan menurut IR Pedjawijatna, karakter atau watak adlah seluruh aku yang ternyata dalam tindakannya(insani). Dengan pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa karakteristik siswa adalah merupakan seluruh kondisi atau keadaan watak yang nyata dan timbul dalam suatu tindakan siwa dalam kehidupannya setiap saat dalam kehidupan sehari-hari. Adapun karkteristik dan kebutuhan peserta didik adalah sebagai berikut.
§ Senang bermain
Karakteristik/psikologi ini menuntut guru SD untuk melaksankan kegiatan pendidikan yang bermuatan permainan lebih-lebih untuk keas rendah. Guru SD seyogyanyan merancang model pembelajran yang memungkinkan adanya permainan di dalamnya.
§ Senang bergerak
Guru hendaknya merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak berpindah atau bergerak (moveable). Menyuruh anak untuk duduk rapi untuk jangka waktu yang lama dirasakan anak sebagai siksaan.
§ Anak senang bekerja dalam kelompok
Dari pergaulannya dengan kelompok sebaya, anak usia sekolah dasar belajar aspek-aspek yang penting dalam proses sosialisasi, seperti belajar memenuhi aturan-aturan kelompok, belajar setia kawan, belajar tidak tergantung pada diterimanya dilingkungan, belajar menerima tanggung jawab, belajar bersaing dengan orang lain secara sehat (sportif), mempelajari olahraga dan membawa implikasi bahwa guru harus merancang model pembelajaran  yang memungkinkan anak untuk bekerja atau belajar dalam kelompok, serta belajar keadilan dan demokrasi.
§ Senang merasakan atau melakukan, memperagakan sesuatu secara langsung
Bagi anak SD, penjelasan guru tentang materi pelajaran akan lebih dipahami jika anak melaksanakan sendiri, sma halnya dengan memberi contoh bagi orang dewasa. Sebagai contoh, anak akan lebih memahami tentang pelajaran shalat jika peserta didik diajak langsung dengan praktik bagaimana shalat itu dilaksanakan, dan seterusnya.


§ Anak suka cengeng
Pada anak SD, anak masih cengeng dan manja. Mereka selalu ingin diperhatikan dan dituruti semua keinginanya, mereka masih belum mandiri dan harus selalu dibimbing.
§ Anak sulit memahami isi pembicaraan orang lain
Pada usia SD, anak sudah dalam memahami apa yang diberikan guru, disini guru harus dapat membuat atau menggunakan metoode yang tepat, misalnya dengan cara metode eksperimen agar anak dapat memahami pelajaran yang diberikan dengan menemukan sendiri inti dari pelajaran yang diberikan.
§ Senag diperhatikan
Di dalam suatu interaksi sosial, anak biasanya mencari perhatian teman atau gurunya, mereka senang apabila orang lain memperhatikannya. Disini, peran guru untuk mengarahkan perasaan anak tersebut denganmenggunakan metode tanya jawab.
§ Senang meniru
Dalam kehidupan sehari-hari, anak mencari sutau figure yang sering dia lihat dan ditemui. Mereka kemudian menirukan apa yang dilakukan dan dikenakan orang yang ingin dia tiru tersebut. Dalam kehidupan nyata, banyak anak yang terpengaruh acara televisI dan menirukan adegan yang ada di dalamnya.
b. Masalah perkembangan psikologi anak usia sekolah dasar (SD)
Berikut adalah beberpa masalah perkembangan psikologi anak usia sekolah dasar yang mungkin saja/bisa terjadi.
§ Hiperaktif
Ini merupakan sebuah gangguan yang cukup sering terjadi. Seorang anak akan mendapatkan sebuah gangguan prilaku dimana mereka cenderung bergerak aktif, bahkan super aktif di dalam rumah atau di lingkungan permainan bersama dengan teman-temanya. Seorang anak dengan masalah psikologi hiperaktif memerlukan penanganan yang begitu cepat.
§ Sulit berkonsentrasi
Anak dengan konsentrasi yang buruk bisa membuatnya kesulitan apabila harus belajar dalam waktu lama dan mengerti mengenai beberapa materi pembelajaran.
§ Pemurung dan penyendiri
Mereka sangat sulit bergaul dan cenderung merasa malu dengan keadaan mereka sendiri. Anak-anak seperti ini tidak boleh dibiarkan berlarut karena jiwa sosial mereka tidak bisa berkembang jika selalu dibiarkan.
§ Masalah bicara
Rata-rata mereka mempunyai masalah mengenai artikulasi dimana pembicaraan yang mereka lakukan kurang jelas dan sulit diterima oleh lawan bicara.
Wentzal dan Asher menyatakan bahwa para pakar perkembangan membedakan 3 tipe anak yang tidak popular, yaitu sebagai berikut.
§ Anak yang diabaikan (neglected children): yaitu anak yang jarang dinominasikan seabai teman terbaik, tetapi bukan yang tidak disukai oleh teman-teman dikelompoknya.
§ Anak yang ditolak (rejected children): yaitu anak yang jarang dinominasikan oleh seseorang sebagai teman terbaik dan tidak disukai oleh kelompoknya, karena biasanya anak yang ditolak adalah anak yang agresif, sok kuasa dan suka mengganggu.
§ Anak yang kontrovesi (controversial children) adalah anak yang sering didominasikan keduanya, yaitu baik sebagai teman terbaik dan sebagai teman yang tidak disukai (Sntrock (1997,325)).
Menurut Havinghurst, tugas perkembangan anak usia sekolah dasar meliputi berikut.
a. Menguasai keterampilan fisik yang diperlukan dalam permainan dan aktifitas fisik.
b. Membina hidup sehat
c. Belajar bergaul dan berkerja dalam kelompok.
d. Belajar menjalankan peranan sosial sesuai dengan jenis kelamin
e. Belajar membaca, menulis, dan berhitung agar mampu berpartisipasi dalam masyarakat.
f. Memperoleh sejumlah konsep yang diperlukan untuk berpikir efektif.
g.  Mengembangkan kata hati, moral dan nilai-nilai.
h. Mencapai kepribadian pribadi.
Dalam upaya mencapai tugas perkembangan tersebut, guru dituntut untuk memberikan bantuan berupa berikut.
a. Menciptakan lingkungan teman sebaya yang mengajarkan keterampilan fisik.
b. Melaksanakan pembelajran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar, bergaul, dan bekerja dengan teman sebaya sehingga kepribadian sosial berkembang.
c. Mengembangkan kegiatan pembelajran yang memberikan pengalaman yang konkret atau langsung dalam membangun konsep.
d. Melaksanakn pembelajran yang dapat mengembangkan nilai-nilai sehingga siswa mampu menentukan pilihan yang stabil dan menjadi pegangan bagi dirinya.
2. Karakteristik anak usia sekolah menengah pertama (SMP)
Terdapat sejumlah karakteristik yang menonjol pada anak usia SMP ini, yaitu seperti berikut.
a) Terjadinya ketidakseimbangan proporsi tinggi dan berat badan.
b) Mulai timbulnya ciri-ciri seks sekunder.
c) Kecendrungan ambivalensi, antara keinginan menyendiri dengan keinginan bersosialisasi, serta keinginan untuk bebas dari dominasi dengan kebutuhan bimbingan dan bantuan dari orang tua.
d) Senag membandingkan kaidah-kaidah, nilai-nilai etika atau norma dengan kenyataan yang terjadi dalam kehidupan orang dewasa.
e) Mulai mempertanyakan secara skeptic mengenai eksistensi dan sifat kemurahan dan keadilan Tuhan.
f) Reaksi dan eskpresi emosi masih labil.
g) Mulai mengembangkan standar dan harapan terhadap prilaku diri sendiri yang sesuai dengan dunia sosial.
h) Kecendrungan minat dan pilahan karier relative sudah lebih jelas.
Adanya karakteristik anak usia sekolah menengah yang demikian, maka guru diharapkan untuk melakukan hal berikut.  
a) Menerapkan model pembelajaran yang memisahkan siswa pria dan wanita ketika membahas topik-topik yang berkenaan dengan anatomo dan fisiologi.
b) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyalurkan hobi dan minatnya melalui kegiatan-kegiatan yang positif.
c) Menerapkan pendekatan pembelajaran yang memperhatikan perbedaan individual atau kelompok kecil.
d) Meningkatkan kerja sama dengan orang tua dan masyarakat untuk mengembangkan potensi siswa.
e) Tampil menjadi teladan yang baik bagi siswa.
f) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar bertanggung jawab.
3. Karakteristik anak usia remaja (SMP/SMA)
Masa remaja (12-21 tahun) merupakan masa peralihan antara masa kehidupan anak-anak dan masa kehidupan orang dewasa. Masa remaja sering dikenal dengan masa pencarian jati diri (ego identity). Masa remaja ditandai dengan sejumlah karakteristik penting berikut.
a) Mencapai hubungan yang matang dengan teman sebaya.
b) Dapat menerima dan belajar peran sosial sebagai pria atau wanita dewasa yang dijunjung tinggi oleh masyarakat.
c) Menerima keadaan fisik dan mampu menggunkannya secara efektif.
d) Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang dewasa lainnya.
e) Memilih dan mempersiapkan karier di masa depan sesuai dengan minat dan kemampuannya.
f) Mengembangkan sikap positif terhadap pernikahan, hidup berkeluarga dan memiliki anak.
g) Mengembangkan keterampilan intelektual dan konsep-konsep yang diperlukan sebgai warga negara.
h) Mencapai tingkah laku yang bertanggung jawab secara sosial.
i) Memperoleh seperangkat nilai dan sistem etika sebagai pendoman dalam bertingkah laku.
j) Mengembangkan wawasan keagamaan dan meningkatkan religiusitas.
Berbagai karakteristik pengembangan masa remaja tersebut menuntut adanya pelayanan pendidikan yang mampu memenuhi kebutuhannya. Hal ini dapat dilakukan guru, diataranya seperti berikut.
a) Memberikan pengetahuan dan pengalaman tentang kesehatan reproduksi, bahaya penyimpangan seksual dan penyalahgunaan narkotika.
b) Membantu siswa mengembangkan sikap apresiatif terhadap posturtubuh atau kondisi dirinya.
c) Menyediakan fasilitas yang memungkinkan siswa mengembangkan keterampilan yang sesuai dengan minat dan bakatnya, seperti sarana olahraga, kesenian, dan sebagainya.
d) Memberikan pelatihan untuk mengembangkan keterampilan memecahkan masalah dan mengambil keputusan.
e) Melatih siswa mengembangkan resiliensi, kemampuan bertahan dalam kondisi sulit dan penuh godaan.
f) Menerapkan model pembelajran yang memungkinkan siswa untuk berpikir kritis, reflektif dan positif.
g) Membangun siswa mengembangkan etos kerja yang tinggi dan sikap wiraswasta.
h) Memupuk semangat keberagaman siswa melalui pembelajran agama terbuka dan lebih tolerin.
i) Menjalin hubungan yang harmonis dengan siswa, dan bersedia mendenganrkan segala keluhan dan problem yang dihadapinya.
B. Teori-Teori tentang Hakikat Perkembangan Peserta Didik
Berikut dijelaskan beberapa teori psikologi tentang hakikat manusia tersebut, terutama diakaikan dengan perkembangan psikologi anak didik.
1. Teori Psikodinamika
Teori psikodinamika adalah teori psikologi yang berupaya menjelaskan hakikat dan perkembangan tingkah laku (kepribadian) manusia. Teori ini dipelopori oleh Sigmund Freud (1856-1939). Model psikodinamika yang diajukan Freud disebut teori psikoanalistis (psychoanalutic theory). Menurut teori ini, tingkah laku manusia merupakan hasil tenagan yang beroperasi di dalam pikiran, yang sering terjadi tampa disadari oleh individu.
Freud meyakini bahwa tingkah laku kita didorong oleh motif-motif di luar alam sadar kita dan konflik-konflik yang tidak kita sadari. Menurut Freud, sedikit ide-ide, harapan-harapan, dan implus-implus yang ada dalam diri individu dan yang menentukan tingkah laku mereka. Sebaliknya, bagian dari pikiran yang lebih besar, yang meliputi harapan-harapan, kekuatan-kekuatan, dorongan-dorongan yang bersifat instinktif kita yang terdalam, tetep berada dibawah permukaan kesadaran (unconcious). Berdasarkan ide=ide pokok tentang tingkah laku manusia tersebut, Freud kemudidn membedakan kepribadian manusia atas tiga unit mental atau struktur psikis berikut
a. Id; merupakan aspek biologis kepribadian karena berisikan unsur-unsur biologis.
b. Ego; merupakan aspek psikologi kepribadian karena timbul dari kebutuhan organisme untuk berhubungan secara baik dengan dunia nyata dan menjadi perantara antara kebutuhan intinktif organisme dengan keadaan lingkungan.
c. Superego; aspek sosiologis kepribadian karena merupakan wakil nilai-nilai tradisional dan cita-cita masyarakat sebagaimana yang ditafsirkan orang tua kepada anak-anaknya melalui berbagai perintah dan larangan.
2. Teori behavioristik    
Behavioristic adalah sebuah aliran dalam pembahasan tingkah laku manusia yang dikembangkan oleh John B. Watson (1878-1958), seorang ahli psikologi Amerika, pada tahun 1930, sebagai reaksi atas teori psikodinamika. Watson dan teoristik behavioristik lainnya, seperti Skinner (1904-1990), meyakini bahwa tingkah laku manusia merupakan hasil dari pembawaan genetis dan pengaruh lingkungan atau situasional. Menurut teoritikus behavioristik, manusia sepenuhnya adalah manusia yang reaktif, yang tingkah lakunnya dikontrol oleh faktor-faktor dari luar.
3. Teori Humanistik
Teori humanistik muncul pada abad ke-20 sebagai reaksi terhadap teori psikodinamika dan behavioristik. Para teoristikus humanistik, seperti Carl Rongers (1902-1987) dan Abraham Maslow (1908-1970) meyakini bahwa tingkah laku manusia tidak dapat dijelaskan sebagai hasil dari konflik-konflik yang tidak disadarimaupun sebagai hasil pengondisian (conditioning) yang sederhana.
Para teoritikus humanistik mempertahankan bahwa manusia memiliki kecendrungan bawaan untuk melakukan self-actualization untuk berjuang menjadi apa yang mereka mampu. Menurut Rongers, salah seorang tokoh aliran humanistik, prasayarat dari terpenting bagi aktualisasi diri adalah konsep diri yang luas dan fleksibel. Rogers meyakini bahwa orang tua mempunyai peran yang besar dalam membantu anak-anak mereka mengembangkan self-esteem dan menempatkan mereka pada jalur self-actualization dengan menunjukkan unconditional positive regard- memuji mereka berdasarkan nilai dari dalam diri mereka. Dengan pemberian penghargaan dan penilaian yang bersifat positif, anak dapat mengembangkan self-actualization dan self-concept yang bersifat positif.
4. Teori Psikologi Transpersonal 
Psikologi transpersonal merupakan pengembangan psikologi humanistik. Aliran psikologi ini disebut aliran keempat psikologi.
5. Teori Nativisme (Teori yang Berorientasi pada Biologi)
Aliran nativisme berasal dari kata natus (lahir); nativis (pembawaan) yang ajaranya memandang manusia (anak manusia) sejak lahir telah membawa sesuatau kekuatan yang disebut potensi (dasar). Aliran nativisme ini bertolak dari leibnitzian tradition yang menekankan kemampuan dalam diri anak, sehingga faktor lingkungan, termasuk faktor pendidikan, kurang berpengaruh terhadap perkembangan anak dalam proses pembelajaran. Dengan kata lain, bahwa aliran nativisme berpandangan segala sesuatunya ditentukan oleh faktor-faktor yang dibawa sejak lahir, jadi perkembangan individu itu semata-mata dimungkinkan dan ditentukan oleh dasar turunan, misalnya; kalu ayahnya pintar, maka kemungkinan besar anaknya juga pintar.
Para penganut aliran nativisme berpendapat bahwa bayi itu lahir sudah dengan pembawaan baik dan pembawaan buruk. Tokoh utama (pelopor) aliran Nativisme adalah Athur Schopenhaur dari Jerman (1788-1860). Tokoh aliran seperti J.J. Rousseau, seorang ahli filsafat dan pendidikan dari Perancis. Kedua tokoh ini berpendapat betapa pentingnnya inti privasi atau jati diri manusia.
Teori nativisme mengemukakan bahwa anak yang lahir telah melengkapi pembawaan bakat alami, dan pembawaan (nativus = pembawaan) inilah yang akan menunjukkan wujud kepribadian seorang anak. pengaruh lain dari luar tidak akan mampu mengubah pembawaan anak. Teori nativisme (nativ; asli): J.J Reoseau menyatakan bahwa bawaan dari lahir adalah faktor yang paling menentukan perkembangan, ketika anak dilahirkan membawa segi-segi moral (ex: anak koruptor-- koruptor), pesisimis terhadap pendidikan.
6. Teori Empirisme (Teori Lingkungan)
Empirisme (empiri = pengalaman), tidak mengakui adanya pembawaan atau potensinya dibawa lahir manusia. Dengan kata lain, bahwa anak manusia itu lahir dalam keadaan suci dalam pengertian anak bersih tidak membawa apa-apa. Karena itu, aliran ini berpandangan bahwa hasil belajar peserta didik besar pengaruhnya pada faktor lingkungan.
Dalam teor belajar mengajar, maka aliran empirismebertolak dari lockean tradition yang mementingkan stimulasi eksternal dalam perkembangan peserta didik. Tokoh perintis aliran empirisme adalah seorang filosof Inggris bernama Jhon Locke (1704-1932) yang mengembangkan teori “tabula rasa” yakni anak lahir di dunia bagaikan kertas putih yang bersih. Pengalaman empiric yang di peloreh dari lingkungan akan berpengaruh besar dalam menentukan perkembangan anak. dengan demikian, dipahai bahwa aliran empirisme ini, seorag pendidik memiliki peranan penting terhadap keberhasilan belajar peserta didiknya
7. Teori Konvergensi
Aliran konvergensi berasal dari kata kovergen, artinya bersifat menuju satu titik pertemuaan. Aliran ini berpandangan bahwa perkembangan individu itu baik dasar (bakat, keturunan) maupun lingkungan, kedua-duanya memainkan peranan penting. Bakat sebagai kemungkinan atau disposisi telah ada pada masing-masing individu, yang kemudian karena pengaruh lingkungan yang sesuai dengan kebutuhan untuk berkembangannya, maka kemungkinan itu lalu menjadi kenyataan. Akan tetapi, bakat saja tampa pengaruh lingkungan yang sesuai dengan kebutuhan perkembangan tersebut, tidak cukup.
Perintis aliran kovergensi adalah William Stern (1871-1939), seorang ahli pendidikan bangsa Jerman yang berpendapat bahwa seorang anak dilahirkan di dunia disertai pembawaan baik maupun pembawaan buruk. Bakat yang dibawa anak sejak kelahirannya tidak berkembang baik tampa adanya dukungan lingkungan yang sesuai untuk perkembangan bakat itu. Jadi, seorang anak memiliki otak yang cerdas, namun tidak didukung oleh pendidik yang mengarahkannya, maka kecerdasan anak tersebut tidak berkembang.
Ketika aliran-aliran pendidikan, yakni nativisme, empirisme, dan konvergensi, dikaitkan dengan teori belajar mengajar kelihatan bahwa kedua aliran yang telah disebutkan (nativisme-empirisme). Mempunyai kelemahan. Adapun kelemahan yang dimaksud adalah sifat yang ekslusif dengan cirinya eksterm berat sebelah. Sedangkan aliran yang terakhir (konvergens) pada umumnya diterima secara luas sebagai pandangan yang tepat dalam memahami tumbuh-kembang seorang peserta didik dalam kegiatan belajarnya. Meskipun demikian, terdapat variasi pendapat tentang factor-faktor mana yang paling penting dalam menentukan tumbuh kembang itu.  
C. Perbedaan Individual Peserta Didik
Dalam aliran psikologi, masalah individu mendapat perhatian yang besar, sehingga melahirkan cabang psikologi yang dikenal dengan individual psychology atau differential psychology, yang memberikan perhatian besar terhadap penelitian tentang perbedaan antar individu.
Dalam tujuan psikologi islam, perbedaan individual tersebut dipandang sebagai realitas kehidupan manusia yang sengaja diciptakan Allah untuk dijadikan bukti kebesaran dan kesempurnaan ciptaan –Nya. Individu menunjukkan kedudukan seseorang sebagai perseorangan atau personal. Sebagai orang perseorangan individu memiliki sifat-sifat atau karakteristik yang menjadikannya berbeda dengan mahluk lainnya. Perbedaan inilah yang disebut dengan perbedaan individual (individual difference).
Secara umum, pebedaan individual dibagi menjadi dua, yaitu perbedaan secara vertikal dan perbedaan secara horizontal. Perbedaan vertical adalah perbedaan individu dalam aspek jasmaniah, seperti bentuk, tinggi, besar, kekuatan, dan sebagainya. Perbedaan horizontal adalah perbedaan individual dalam aspek mental, ingatan, emosi, tempramen, dan sebagainya. Berikut ini akan diuraikan beberapa aspek perbedaan individual peserta didik tersebut.
1. Perbedaan Fisik-Motorik
Perbedaan individual dalam fisik tidak hanya berbatas pada aspek-aspek yang teramati oleh pancaindera, seperti bentuk atau tinggi badan, warna kulit, warna mata atau rambut, jenis kelamin, nada suara atau bau keringat, melainkan juga aspek-aspek fisik juga dapat dilihat dari kesehatan peserta didik, seperti kesehatan mata dan telinga.
2. Perbedaan Intelegensi
Intelegensi adalah salah satu kemampuan mental, pikiran atau intelektual dan merupakan bagian dari proses kognitif pada tingkatan yanglebih tinggi. Secara intelegensi dapat dipahami sebagai kemampuan beradaptasi dengan situasi yang baru secara cepat dan efektif. Untuk mengetahui tinggi rendahnya intelegensi peserta didik para ahli telah mengembangakan instrument yang dikenal “tes intelegensi”, yang kemudian lebih popular dengan istilah Intelligence Quotient, di singkat IQ. Berdasarka tes intelegensi, peserta didik dapat diklasifikasikan sebagai berikut.
a. Anak Genius
IQ di atas 140
b. Anak Pintar
110-140
c. Anak Normal
90-110
d. Anak Kurang Pintar
70-90
e. Anak Debil
50-70
f. Anak Dungu
30-50
g. Anak Idiot
IQ dibawah 30
Genius adalah sifat luar biasa yang dimiliki seseorang sehimgga dia mampu mengatasi kecerdasan orang-orang biasa dalam bentuk pemikiran dan hasil karya. Sedangkan idiot atau pander adalah penderita lemah otak, yang hanya memiliki kemampuan berpikir setingkat dengan kecerdasan anak yang berumur 3 tahun (Murasal,1981).
3. Perbedaan Kecakapan Bahasa
Kemampuan bahasa anak didik berbeda-beda, ada anak yang berbicara dengan lancer, singkat dan jelas, ada pula yang gagap, berbicara, berbelit-belit dan tidak jelas. Dari hasil beberapa penelitian bahwa factor nature dan nurture (pembawaan dan lingkungan) sangat memengaruhi perkembangan bahasa anak. factor yang memengaruhi perbedaan kecakapan bahasa anak, yaitu factor kecerdasan, pembawaan, lingkungan fisik, terutama organ bicara dan sebagainnya.
4. Perbedaan Psikologis
Perbedaan psikologis peserta didik juga terlihat dari aspek psikologisnya. Ada anak yang mudah tersenyum, gampang marah, berjiwa sosial, sangat egoistis, cengeng, pemalas, rajin, dan ada pula anak yang pemurung, dan seterusnya. Persoalan psikologis memang sangat kompleks dan sangat sulit dipahami secara tepat, karena menyangkut apa yang ada didalam jiwa da perasaan peserta didik.
D. Periodensi Perkembangan Anak
1. Fase Perkembangan Berdasarkan Konsep Didaktif
Dasar yang digunakan untuk menentukan pembagian fase-fase perkembangan adalah materi dan cara bagaimana mendidik anak pada masa-masa tertentu pembagian seperti ini, antara lain diberikan oleh Johann Amos Cimenius, seorang ahli didik dari Moravia. Ia membagi fase-fase perkembangan berdasarkan tingkat sekolah yang diduduki anak sesuia dengan tingkat usia dan menurut bahasa yang dipelajari disekolah.
2. Peiodesasi Perkembangan Berdasarkan Ciri-ciri Psikologis
Periode perkembangan berdasarkan ciri-ciri psikologis ini dikemukakan oleh beberapa ahli, di antaranya Oswald Kroch. Ciri-ciri yang digunakan oleh Oswald Kroch adalah pengalaman keguncangan jiwa yang dimanifestasikan dalam bentuk sifat trotz atau sifat “keras kepala” dan ia membagi fase perkembangan ini menjadi tiga.
a. Fase anak awal, umur0-3 tahun. Pada akhir fase ini terjadi troz pertama yang ditandai dengan serba membantah menentang orang lain.
b. Fase keserasian sekolah, umur 3-13 tahun. Pada akhir fase ini terjadi troz kedua yang ditandai dengan anak serba membantahatau menentanga orang lain bahkanucapan orang tua.  
c. Fase kematangan, umur 13-21. Fase ini terjadi setelah berakhirnya gejala-gejala troz kedua, dimana anak mulai merasakan kelebihan dan kekurangan yang ia miliki yang dihadapi dengan sewajarnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar